Senin, 07 Januari 2019

keadaan orang yang kenal Allah ketika berbuat salah dan lalai dari dzikrullah.

Muraja’ah Kitab Syarhu Al Hikam bisyarqaawi Karya Syaikh Ahmad bin Athaillaah As Sakandari rahimahullahu ta’ala.

@muraja’ahkitabsyarhulhikam/S=0002/klik.


Tema Kajian : Penjelasan tentang orang-orang yang mengenal Allah ketika di hadapkan kepada mereka suatu kesalahan dan Penjelasan tentang ketawakalan mereka.

قال رضي الله عنه : [من علامة الإعتماد على العمل] أي عمل الجوارح من صلوات وأذكار وغيرها والمعتمد على ذلك العباد والمريدون فالأولون يعتمدون عليها فى دخول الجنة والتنعم فيها والنجاة من عذاب الله تعالى والآخرون يعتمدون عليها فى الوصول إلى الله تعالى وكشف الأستار عن القلوب وحصول الأحوال القائمة بها والمكاشفات والأسرار كلاهما مذموم وناشئ من رؤية النفس ونسبة الأعمال إليها حتى ينتج ما ذكر ، أما العارفون فلا يرون لأنفسهم شيئا حتى يعتمدون عليه بل يشاهدون أن الفاعل الحقيقي هو الله تعالى وأنهم محل لظهور ذلك فقط. وأشار المصنف رحمه الله تعالى إلى علامة يعرف بها العبد نفسه فمن علامة كونه من القسمين الأولين [نقصان الرجاء] أي رجائه في الله تعالى أن يدخله الجنة وينجيه من العذاب إن كان من العباد وأن يوصله إلى مطلوبه المتقدم إن كان من المريدين. [عند وجود الزلل] بأن تصدر منه معصية كزنا وغفلة عن الله تعالى وترك أوراد ؛ ومن علامة كونه من العارفين فناؤه عن نفسه فإذا وقع فى زلة أو أصابه غفلة شهد تصريف الحق فيه وجريان قضائه عليه كما أنه إذا صدر منه طاعة أو لاح له مشاهدة قلبية لم ير فى ذلك حوله وقوته فلا فرق عنده بين الحالين لأنه غارق فى بحار التوحيد قد استوى خوفه ورجاؤه فلا ينقص العصيان خوفه ولا يزيد الإحسان رجاؤه فمن لم يجد هذه العلامة فيه فليجاهد نفسه بالرياضات والأذكار حتى يصل إلى مقام العرفان. ومراد المصنف بهذه الحكمة تنشيط السالك ورفع همته عن الإعتماد على شيئ سوى مولاه لا التزهيد في الأعمال لأنها سبب عادي فى الوصول إلى الله تعالى ولا تحقير ما تنتجه من الأحوال وغيرها لأن ذلك منة من الله تعالى لا ينبغي رده.

Berkata Syaikh ibnu Athaillah As Sakandari semoga Allah meridhainya : [Termasuk dari tanda-tanda bergantung kepada amal] maksudnya adalah amal anggota badan seperti shalat, dan dzikir, dan selainnya ; dan orang yang bergantung kepada amal itu adalah para ahli ibadah ; dan orang-orang yang mengharapkan wushul kepada Allah ; Maka orang-orang yang pertama, yakni para ahli ibadah : Mereka bergantung kepada amal dalam hal masuk surga dan bersenang-senang di dalam surga dan selamat dari siksaan Allah ta’ala ; dan orang-orang yang lain : mereka bergantung kepada amal dalam perkara wushul kepada Allah ta’ala dan membuka penutup-penutup dari hati dan menghasilkan sifat-sifat yang bagus yang menetap di dalam hati dan membuka barang yang samar dan rahasia Maka keduanya, yakni para ahli ibadah dan orang yang mengharapkan wushul kepada Allah itu di cela dan perbuatan yang seperti itu timbul dari pandangan nafsu dan menisbatkan amal dengan hal-hal yang di inginkan oleh nafsu sehingga timbul apa yang di sebutkan ; Adapun orang-orang yang sangat kenal kepada Allah maka mereka tidak melihat terhadap diri-diri mereka sendiri sama sekali sehingga dia bergantung kepada dirinya sendiri bahkan mereka melihat bahwa yang melakukan pada hakekatnya adalah Allah ta’ala dan bahwa mereka itu menjadi tempat bagi tampilnya pekerjaan Allah itu semata.

Dan memberikan isyarat pengarang kitab alhikam semoga Allah ta’ala merahmatinya kepada salah satu tanda yang mana seorang hamba itu tahu tentang tanda tersebut pada dirinya maka tanda seorang hamba itu termasuk dari dua golonggan yang pertama adalah [kurangnya harapan] maksudnya harapan seorang hamba di dalam rahmat Allah ta’ala, yaitu mengharapkan Allah memasukannya ke dalam surga dan menyelamatkan hamba dari siksa jika dia termasuk dari golonggan ahli ibadah, dan agar Allah mendatangkan kepada hamba terhadap apa yang di minta oleh hamba yang terdahulu jika dia termasuk dari golonggan orang yang mengharapkan wushul kepada Allah.

[ketika dia melakukan kesalahan] dengan hamba tersebut melakukan maksiat seperti zina dan lalai dari Allah ta’ala dan meninggalkan wirid-wirid ; dan tanda seorang hamba itu termasuk dari golonggan orang-orang yang makrifatullah adalah fana’nya seorang hamba dari dirinya maka apabila dia terjerumus ke dalam kesalahan atau dia tertimpa oleh kelalaian, dia melihat pengaturan Allah padanya dan melihat berjalannya ketetapan Allah kepadanya sebagaimana apabila muncul darinya perbuatan taat atau jelas baginya persaksian yang bersifat hati, dia tidak melihat di dalam hal itu dayanya seorang hamba dan kekuatannya maka tidak ada bedanya di sisinya di antara dua keadaan, karena hamba itu tenggelam di dalam lautan tauhid, sungguh takutnya kepada Allah dan berharap rahmat Allah itu sama maka kemaksiatan yang dia lakukan tidak pernah mengurangi rasa takutnya kepada Allah dan kebaikannya tidak pernah menambah harapannya maka barangsiapa yang tidak mendapatkan tanda seperti ini padanya maka sebaiknya dia usahakan dirinya dengan selalu latihan-latihan dan dzikir-dzikir sehingga dia sampai kepada maqam makrifah.

Dan yang di kehendaki oleh pengarang kitab alhikam dengan hikmah ini adalah memberikan semangat pada orang yang suluk dan menasihatinya untuk tidak bersandar kepada sesuatu selain Tuhannya, bukan yang di kehendaki oleh pengarang kitab alhikam ini adalah agar supaya orang yang suluk itu membenci kepada amal, karena amal itu adalah sebab yang berjalan yang bersifat adat dalam perkara wushul kepada Allah ta’ala dan tidak menganggap remeh apa yang di timbulkan oleh amal seperti macam-macam keadaan-keadaan yang tertanam di hati dan selainnya karena itu merupakan anugerah dari Allah yang tidak sewajarnya dia menolaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar