Senin, 28 Januari 2019

Kitab Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan.


Kitab Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan Karya Al 'Alamah Asy Syaikh 'Abdur rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullahu ta'ala.

@ngajikitabtafsirassa’di/S=0001/klik.

[ تفسير الفاتحة وهي مكية ] - [1-7] : [ بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين * الرحمن الرحيم * مالك يوم الدين * إياك نعبد وإياك نستعين * اهدنا الصراط المستقيم * صراط الذين أنعمنت عليهم * غير المغضوب عليهم * ولا الضالين ] أي : أبتدئ بكل اسم لله تعالى ، لأن لفظ [ اسم ] مفرد مضاف ، فيعم جميع الأسماء [ الحسنى ] ، [ الله ] : هو المألوه المعبود ، المستحق لإفراده بالعبادة لما اتصف به من صفات الألوهية ، وهي صفات الكمال ، [ الرحمن الرحيم ] : اسمان دالان على أنه تعالى ذو الرحمة الواسعة العظيمة التى وسعت كل شيئ ، وعمت كل حي ، وكتبها للمتقين المتبعين لأنبيائه ورسله ، فهؤلاء لهم الرحمة المطلقة ، ومن عداهم فلهم نصيب منها.

[Tafsir Surat Al Fatihah dan Surat ini adalah makiyyah yakni surat yang di turunkan di kota mekah] : [1-7] : ['Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang', 'Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam', 'Yang maha pengasih lagi maha penyayang', 'Yang merajai hari pembalasan', 'Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan', 'Tunjukanlah kami jalan yang lurus', 'Yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat atas mereka, bukan jalan orang-orang yang di murkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat'], yakni : Aku memulai dengan semua nama yang di miliki oleh Allah ta'ala, karena lafadz ['ismun: nama'] adalah bentuk tunggal yang kedudukannya sebagai mudhaf maka dia itu meliputi semua nama-nama [yang baik], ['Allah: Lafadz Allah'] : makna daripada Allah adalah yang di jadikan sebagai sesembahan yang di ibadahi, yang berhak untuk di esakan atau di tunggalkan dalam ibadah karena apa yang dia mensifati dirinya dengannya daripada seluruh sifat-sifat uluhiyyah yang itu adalah sifat-sifat kesempurnaan, ['Ar Rahmanir Rahim: Yang maha pengasih lagi maha penyayang'] adalah dua nama yang menunjukan bahwa Allah itu maha tinggi yang memiliki sifat kasih sayang yang luas yang agung yang rahmatnya meliputi segala sesuatu dan yang meliputi segala yang hidup dan Allah menetapkan sifat rahmat untuk orang-orang yang bertakwa yang mengikuti para nabi dan rasulnya maka mereka itulah yang mendapat rahmat yang mutlak atau seluruhnya dan barangsiapa yang selain mereka maka mereka mendapatkan bagian dari rahmat Allah.

واعلم أن من القواعد المتفق عليها بين سلف الأمة وأئمتها ، الإيمان بأسماء الله وصفاته ، وأحكام الصفات ، فيؤمنون مثلا بأنه رحمن رحيم ، ذو الرحمة التي اتصف بها ، المتعلقة بالمرحوم ـ فالنعم كلها أثر من آثار رحمته ، وهكذا في سائر الأسماء ، يقال في العليم : إنه عليم ذو علم يعلم [ به ] كل شيئ ، قدير ذو قدرة يقدر على كل شيئ.

dan ketahuilah bahwa termasuk dari kaidah-kaidah yang telah di sepakati antara salaful ummah dan para imam-imamnya, adalah kita harus beriman kepada Allah dan sifat-sifatnya, dan kita beriman dengan hukum-hukum sifat-sifatnya, sehingga mereka beriman contohnya bahwasanya Allah adalah dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang memiliki sifat rahmah yang telah mensifatkan dirinya dengannya, yang terkait dengan yang di rahmati, maka nikmat-nikmat itu semuanya adalah bukti dari bukti-bukti rahmat Allah ta'ala, dan demikian pula pada nama-nama yang lainnya, di katakan tentang sifat Al-'Aliim, maha mengetahui : sesungguhnya Allah 'aliim yang memiliki ilmu pengetahuan yang mengetahui dengannya segala sesuatu, Allah itu qadiir, maha kuasa yang memiliki kekuasaan, yang kekuasaannya meliputi segala sesuatu.

[ الحمد لله ] : [ هو ] الثناء على الله بصفاته الكمال ، وبأفعاله الدائرة بين الفضل والعدل ، فله الحمد الكامل بجميع الوجوه [ رب العالمين ] الرب : هو المربي جميع العالمين -وهم من سوي الله - بخلقه لهم ، وإعداده لهم الآلات ، وإنعامه عليهم بالنعم العظيمة ، التي لو فقدوها لم يمكن لهم البقاء ، فما بهم من نعمة فمنه تعالى.

['Alhamdu lillah : Segala puji bagi Allah'] : ini adalah pujian kepada Allah dengan sifat-sifat kesempurnaannya, dan dengan semua perbuatan-perbuatannya yang berputar antara keutamaan dan keadilannya, maka bagi Allah segala puji yang sempurna dengan semua bentuknya ['Rabbil 'Alamin : Rabb alam semesta'] rabb maknanya adalah yang membimbing semua alam semesta - dan yang di maksud 'alamin' maknanya apa yang selain Allah - yang penciptaannya, yakni alam itu bagi mereka, dan yang Allah persiapkan bagi mereka yang berupa perkakas-perkakas, dan nikmat-nikmat Allah kepada mereka dengan nikmat-nikmatnya yang agung, yang kalau seandainya semua itu di hilangkan, mereka tidak akan mungkin bisa tinggal di dunia ini, maka tidak ada satu kenikmatanpun yang ada pada mereka maka itu adalah bersumber dari Allah ta'ala.

وتربيته تعالى لخلقه نوعان : عامة وخاصة ، [1] فالعامة : هي خلقه للمخلوقين ، ورزقهم ، وهدايتهم لما فيه مصالحهم ، التي فيها بقاؤهم في الدنيا. [2] والخاصة : تربيته لأوليائه ، فيربيهم بالإيمان ، ويوفقهم له ، ويكمله لهم ، ويدفع عنهم الصوارف والعوائق الحائلة بينهم وبينه ، وحقيقتها : تربية التوفيق لكل خير ، والعصمة عن كل شر ، ولعل هذا [ المعني ] هو السر في كون أكثر أدعية الأنبياء بلفظ الرب ، فإن مطالبهم كلها داخلة تحت ربوبيته الخاصة.

dan bentuk tarbiyah, bimbingan Allah ta'ala terhadap makhluknya ada dua macam, yaitu : Tarbiyah yang umum dan Tarbiyah yang khusus. [1] Maka tarbiyah Allah yang umum adalah Allah menciptakan makhluk-makhluknya, dan Allah memberi rizki mereka, dan Allah membimbing mereka terhadap apa yang menjadi kemaslahatan bagi mereka, yang dengan bimbingan Allah tersebut menjadi mereka tetap tinggal di dunia ini. [2] Dan tarbiyah Allah yang khusus adalah bimbingan Allah kepada wali-walinya, maka Allah membimbing mereka dengan keimanan, dan memberikan taufik kepada mereka untuk beriman, dan menyempurnakan bagi mereka, dan menolak dari mereka perkara-perkara yang memalingkan keimanan, dan penghalang-penghalang yang menghalangi antara mereka dan antara Allah, dan hakikat tarbiyah Allah yang khusus ini adalah tarbiyah Allah untuk mendapat taufik ke jalan kebaikan, dan penjagaan dari semua kejelekkan, dan boleh jadi makna inilah yang menjadi rahasia tentang keberadaan kebanyakan doa-doanya para nabi dengan lafadz 'rabb' maka sesungguhnya permintaan-permintaan mereka semuanya terkadang di bawah rububiyah Allah yang khusus.

فدل قوله : [ رب العالمين ] على انفراده بالخلق والتدبير والنعم ، وكمال غناه ، وتمام فقر العالمين إليه ، بكل وجه واعتبار.

dan yang di tunjukan oleh firman Allah : [ 'Rabbil 'alamin : Rabb semesta alam'] adalah atas keesaan Allah dalam penciptaan, dan pengaturan, dan pemberian nikmat-nikmat, dan kesempurnaan kekayaan Allah, dan betapa butuhnya alam semesta ini kepada Allah dengan segala bentuk dan nilainya. 

[ مالك يوم الدين ] المالك : هو من اتصف بصفة الملك التي من آثارها أنه يأمر وينهى ، ويثيب ويعاقب ، ويتصرف بمماليكه بجميع أنواع التصرفات ، وأضاف الملك ليوم الدين ، وهو يوم القيامة ، يوم يدان الناس فيه بأعمالهم خيرها وشرها ، لأن في ذلك اليوم يظهر للخلق تمام الظهور كمال ملكه وعدله وحكمته ، وانقطاع أملاك الخلائق ، حتى [ إنه ] يستوي في ذلك اليوم الملوك والرعايا والعبيد والأحرار ، كلهم مذعنون لعظمته خاضعون لعزته ، منتظرون لمجازاته ، راجون ثوابه ، خائفون من عقابه ، فلذلك خصه بالذكر ، وإلا فهو المالك ليوم الدين ولغيره من الأيام.

['Maaliki yaumid diin : Penguasa hari akhirat, hari pembalasan'] kata al maliku : adalah dzat yang di sifati dengan sifat kekuasaan, di mana dampak dari kekuasaan adalah memerintah dan melarang, dan memberi ganjaran akibat perbuataan baik dan membalas akibat perbuatan buruk, dan Allah mengatur seluruh yang menjadi tanggungannya dengan semua bentuk pengaturan-pengaturan, dan Allah sandarkan sifat kekuasaan kepada yaumiddin, yaitu hari kiamat, hari di mana manusia itu akan di seru dengan amalan-amalan mereka, baik atau buruknya amalan manusia, karena pada hari itu akan tampak bagi makhluk benar-benar jelas, kesempurnaan kekuasaan Allah, dan keadilannya, dan hikmahnya, dan di putuskan dari seluruh makhluk ini, sehingga [sesungguhnya] semuanya setara, sejajar di hari itu di hadapan Allah, semua raja-raja, dan semua rakyat biasa, dan semua budak, dan semua orang yang merdeka, semuanya tunduk terhadap keagungan Allah ta'ala, semua merendahkan dirinya di karenakan kemuliaan Allah, mereka semua menunggu untuk bisa selamat, terbebaskan dari hisab, mereka semua berharap untuk mendapatkan pahala, mereka semua takut bila dia bila dia mendapatkan siksanya, maka oleh karenanya Allah mengkhususkan penyebutan al malik pada ayat ini, karena pada hakekatnya Allah adalah al malik, penguasa di hari itu dan di hari-hari yang lainnya.

وقوله : [ إياك نعبد وإياك نستعين ] أي : نخصك وحدك بالعبادة والإستعانة ، لأن تقديم المعمول يفيد الحصر ، وهو إثبات الحكم للمذكور ونفيه عما عداه ، فكأنه يقول : نعبدك ولا نعبد غيرك ونستعين بك ولا نستعين بغيرك.

Dan firman Allah ta’ala : [iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iinu : hanya kepadamu ya Allah kami menyembah dan dan hanya kepadamu ya Allah kami meminta pertolongan] yaitu kami mengkhususkan kepadamu ya Allah secara esa atau sendirian tidak ada yang lain, dalam hal ibadah dan meminta pertolongan, di karenakan di dahulukan objek atau maf’ul bih [daripada penyebabnya] memberikan konsekwensi pembatasan, adalah kita tetapkan hukum sebagaimana yang di sebutkan dan kita hapus yang lain, maka seakan-akan dia mengatakan : kami beribadah kepadamu dan kami tidak akan beribadah kepada selainmu, dan kami meminta pertolongan kepadamu dan kami tidak akan meminta pertolongan kepada selainmu.

وقدم العبادة على الإستعانة ، من باب تقديم العام على الخاص ، واهتمام بتقديم حقه تعالى على حق عبده ، و [العبادة] اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأعمال والأقوال الظاهرة والباطنة ، و [الإستعانة] هي الإعتماد على الله تعالى في جلب جلب المنافع ودفع المضار ، مع الثقة به فى تحصيل ذلك.

Dan Allah mendahulukan persoalan tentang ibadah di bandingkan persoalan bantuan, karena mendahulukan perkara yang umum di bandingkan atas perkara yang khusus, dan memberikan perhatian untuk mendahulukan hak Allah ta’ala atas hambanya, dan yang di namakan [ibadah] adalah sebuah nama yang menyeluruh yang mencakup segala perkara yang di cintai oleh Allah dan di ridhoinya dari amalan-amalan maupun perbuatan-perbuatan yang tampak maupun yang tersembunyi, sedangkan yang namanya [isti’anah] ialah kita menyandarkan diri kepada Allah ta’ala dalam mengambil kemanfaatan dan menolak kemudhorotan, dengan adanya kepercayaan kepada Allah bahwa Allah akan mewujudkan hal itu.

والقيام بعبادة الله والإستعانة به هو الوسيلة للسعادة الأبدية ، والنجاة من جميع الشرور ، فلا سبيل إلى النجاة إلا بالقيام بهما ، وإنما تكون العبادة عبادة إذا كانت مأخودة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم مقصودا بها وجه الله ، فبهذين الأمرين تكون عبادة ، وذكر [الإستعانة] بعد [العبادة] مع دخولها فيها ، لاحتياج العبد فى جميع عباداته إلى الإستعانة بالله تعالى ، فإنه إن لم يعنه الله ، لم يحصل له ما يريده من فعل الأوامر واجتناب النواهي.

Dan menegakan peribadahan hanya kepada Allah dan meminta tolong hanya kepadanya itu menjadi wasilah untuk kita mendapatkan kebahagiaan yang abadi, dan mendapatkan keselamtan dari semua bentuk kejelekan, maka tidak ada jalan menuju keselamatan kecuali kita menegakan kedua hal ini, dan sesungguhnya ibadah itu hanya di namakan sebuah ibadah manakala ibadah itu di ambil dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam harus di tujukan dengan ibadah tersebut wajah Allah semata, maka dengan dua perkara inilah perbuatan tersebut di namakan sebagai ibadah dan Allah menyebutkan [minta pertolongan] setelah [ibadah] padahal minta pertolongan itu bagian daripada ibadah karena setiap hamba membutuhkan semua bentuk ibadahnya kepada minta tolong kepada Allah ta’ala, maka sesungguhnya jika Allah tidak membantu dia, tidaklah dia akan mendapatkan apa yang dia inginkan dari menjalankan perintah-perintah Allah dan meninggalkan larangan-larangannya.

ثم قال تعالى : [اهدنا الصراط المستقيم] أي : دلنا وأرشدنا ووفقنا للصراط المستقيم ، وهو الطريق الواضح الموصل إلى الله وإلى جنته ، وهو معرفة الحق والعمل به ، فاهدنا إلى الصراط واهدنا في الصراط ، فالهداية إلى الصراط : لزوم دين الإسلام ، وترك ما سواه من الأديان ، فالهداية في الصراط تشمل الهداية لجميع التفاصيل الدينية علما وعملا. فهذا الدعاء من أجمع الأدعية وأنفعها للعبد ، ولهذا وجب على الإنسان أن يدعو الله به في كل ركعة من صلاته ، لضرورته إلى ذلك.

Kemudian Allah ta’ala berfirman : [ihdinash shirathal mustaqiim<a>: berikanlah hidayah kepada kami kepada jalan yang lurus] yaitu tunjukanlah kepada kami, dan berikanlah bimbingan kepada kami, dan berikanlah taufik kepada kami kepada jalan Allah yang lurus, yaitu jalan yang jelas yang akan menghantarkan kita kepada Allah dan kepada surganya, dan jalan yang lurus itu adalah mengenal alhaq dan beramal dengannya, maka berikanlah hidayah kepada kami menuju ash shirat dan berikanlah hidayah kepada kami di dalam ash shirat, maka hidayah kepada ash shirat adalah : konsisten di dalam agama islam dan meninggalkan apa yang selainnya dari agama-agama yang ada, dan hidayah di dalam ash shirat mencakup seluruh bentuk hidayah terhadap segala bentuk rincian-rincian dari agama ini baik secara ilmu dan amalannya, maka doa ini adalah doa yang paling komplek dan paling bermanfaat bagi setiap hamba, dan oleh karena ini Allah wajibkan atas setiap manusia untuk berdoa kepada Allah dengan doa ini di setiap roka’at dari sholatnya, karena sangat butuhnya kita kepada doa ini.

وهذا الصراط المستقيم هو : [صراط الذين أنعمت عليهم] من النبيين والصديقين والشهداء والصالحين ، [غير] صراط [المغضوب عليهم] الذين عرفوا الحق وتركوه كاليهود ونحوهم ، وغير صراط [الضالين] الذين تركوا الحق على جهل وضلال ، كالنصارى ونحوهم.

Dan jalan yang lurus itu adalah : [shiraathal ladziina an’amta ‘alaihim: jalannya orang-orang yang telah Engkau berikan kenikmatan kepada mereka] dari kalangan para nabi, dan orang-orang yang shiddiq, dan para syuhada, dan orang-orang sholeh [ghoiri: Selain] dari jalannya [Almaghdhuubi ‘alaihim: orang-orang yang telah engkau murkai atas mereka] mereka adalah orang-orang yang mengenal alhaq kemudian meninggalkannya, seperti bangsa yahudi dan semisal mereka, dan selain jalannya [adh dhaalliin<a>: orang-orang yang sesat] yaitu orang-orang yang meninggalkan alhak di atas kebodohan dan kesesatannya, seperti kaum nashrani dan semisal mereka.

فهذه السورة على إيجازها ، قد احتوت على مالم تحتو عليه سورة من سور القرآن ، فتضمنت أنواع التوحيد الثلاثة : توحيد الربوبية يؤخذ من قوله : [رب العالمين] ، وتوحيد الإلهية ، وهو إفراد الله بالعبادة ، يؤخد من لفظ : [لله] ومن قوله : [إياك نعبد] وتوحيد الأسماء والصفات ، وهو إثبات صفات الكمال لله تعالى ، التي أثبتها لنفسه ، وأثبتها له رسوله من غير تعطيل ولا تمثيل ولا تشبيه ، وقد دل على ذلك لفظ [الحمد] كما تقدم.

Maka surat alfatihah ini sekalipun begitu ringkasnya, tetapi dia telah mengandung apa-apa yang tidak di kandung oleh satu suratpun dari surat-surat yang ada di dalam Alqur’an, maka surat ini mengandung macam-macam tauhid yang tiga : [1] tauhid rububiyyah, di ambil dari firman Allah ta’ala : [rabbil ‘aalamiin: Tuhan semesta alam] [2] dan tauhid uluhiyyah, yaitu mengesakan Allah dalam peribadahan, di ambil dari kata [lillaahi: milik Allah] dan di ambil dari firman Allah [iyyaaka na’budu: hanya kepada Engkau kami menyembah] [3] dan tauhid asma’ was sifat, yaitu menetapkan sifat-sifat sempurna bagi Allah ta’ala, yang Allah tetapkan bagi dirinya, dan yang telah di tetapkan oleh rasulnya bagi Allah ta’ala tanpa ada sifat penolakan, dan tidak ada sifat penyerupaan, dan tidak juga menyerupakan, dan yang demikian itu telah di tunjukan dalam lafadz [Alhamdu: Segala puji] sebagaimana yang telah lewat.

وتضمنت إثبات النبوة في قوله : [اهدنا الصراط المستقيم] لأن ذلك ممتنع بدون الرسالة.

Dan dalam surat ini mengandung penetapan kenabian dalam firman-Nya : [ihdinash shiraath mustaqiim<a>: Tunjukanlah kami jalan yang lurus] karena kita tidak akan meminta jalan yang lurus kecuali adanya risalah.

وإثبات الجزاء على الأعمال في قوله : [مالك يوم الدين] ، وأن الجزاء يكون بالعدل ، لأن الدين معناه الجزاء بالعدل.

Dan dalam surat ini di tetapkannya balasan atas tiap amalan-amalan hamba di dalam firman Allah ta’ala : [Maaliki yaumid diin<i>: yang merajai hari pembalasan] dan bahwa setiap balasan Allah di lakukan dengan keadilan, karena lafadz Addiin yang di maksud ayat ini adalah balasan dengan keadilan.

وتضمنت إثبات القدر ، وأن العبد فاعل حقيقة ، خلافا للقدرية والجبرية بل تضمنت الرد على جميع أهل البدع والضلال فى قوله : [اهدنا الصراط المستقيم] لأنه معرفة الحق والعمل به ، وكل مبتدع وضال فهو مخالف لذلك.

Dan di dalam surat ini mengandung penetapan qadar, dan bahwa setiap hamba di nyatakan oleh Allah sebagai pelaku secara hakiki, berlawanan apa yang di fahami oleh kaum qadariyyah dan jabariyyah, bahkan dalam surat ini mengandung bantahan kepada seluruh ahli bid’ah dan kesesatan, di dalam firman Allah ta’ala : [ihdinash shiraathal mustaqiim<a>: Tunjukanlah kami ke jalan yang lurus] karena mengenal alhak dan beramal dengannya, dan setiap orang yang melakukan bid’ah dan orang yang sesat maka orang itu menyelisihi terhadap perkara tersebut.

وتضمنت إخلاص الدين لله تعالى عبادة واستعانة فى قوله : [إياك نعبد وإياك نستعين] فالحمد لله رب العالمين.

Dan dalam surat ini mengandung keikhlasan dalam beragama hanya bagi Allah ta’ala dalam ibadah dan dalam memohon pertolongan di dalam firman Allah ta’ala : [iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin<u>: hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami mohon pertolongan] maka segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam.

Kitab Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan Karya Al 'Alamah Asy Syaikh 'Abdur rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullahu ta'ala.

@ngajikitabtafsirassa’di/S=0002/klik.

[تفسير سورة البقرة وهي مدنية]: [1-5]: [بسم الله الرحمن الرحيم الم * ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين * الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون * والذين يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك وبالآخرة هم يوقنون * أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم المفلحون] تقدم الكلام على البسملة ، وأما الحروف المقطعة فى أوائل السور ، فالأسلم فيها السكوت عن التعرض لمعناها من غير مستند شرعي مع الجزم بأن الله تعالى لم ينزلها عبثا بل لحكمة لا نعلمها.

[Tafsir surat Al-Baqarah dan surat ini adalah Madaniyyah, yaitu surat yang di turunkan di kota madinah]: [1-5]: [dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Alif lam miim * itu adalah kitab yang tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa * yaitu orang-orang yang mereka beriman dengan yang ghaib dan orang-orang yang menegakan shalat dan dari sebagian apa yang Allah anugerahkan kepada mereka, mereka menafkahkan * dan orang-orang yang mereka beriman dengan apa yang di turunkan kepadamu dan apa yang di turunkan dari orang yang sebelummu dan dengan akherat, mereka orang-orang yang yakin * mereka itu di atas petunjuk dari rabb mereka dan mereka itu orang-orang yang beruntung] telah lewat pembicaraan tentang masalah basmalah, Adapun huruf-huruf yang terpisah di awal-awal surat maka yang paling selamat adalah diam untuk membeberkan terhadap maknanya tanpa adanya sandaran syari’at dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah ta’ala tidak menurunkannya tanpa arti bahkan ada hikmah di balik itu yang tidak kita ketahui.

وقوله : [ذلك الكتاب] أي : هذا الكتاب العظيم الذي هو الكتاب على الحقيقة ، المشتمل على ما لم تشتمل عليه كتب المتقدمين والمتأخرين من العلم العظيم ، والحق المبين ، ف [لا ريب فيه] ولا شك بوجه من الوجوه ، ونفى الريب عنه يستلزم ضده ، إذ ضد الريب والشك اليقين ، فهذا الكتاب مشتمل على علم اليقين المزيل للشك والريب ، وهذه قاعدة مفيدة أن النفي المقصود به المدح لابد أن يكون متضمنا لضده ، وهو الكمال ، لأن النفي عدم ، والعدم المحض لا مدح فيه.

Dan firman Allah ta’ala [dzaalikal kitaabu: itu adalah kitab] yakni ini adalah kitab yang mulia yang dia adalah kitab yang sebenarnya yang tercakup di dalamnya apa yang tidak tercakup pada kitab-kitab yang terdahulu dan setelahnya, terkandung ilmu yang agung dan kebenaran yang nyata, maka [laa raiba fiihi: tidak ada keraguan padanya] dan tidak ada keraguan dari sisi manapun, dan dinafikannya keraguan padanya mengharuskan lawannya, karena lawannya keraguan adalah keyakinan, maka kitab ini terkandung di dalamnya ilmu yang meyakinkan yang akan menghilangkan segala keraguan, dan ini adalah kaidah yang sangat berfaedah, bahwa pujian dengan cara penafian pasti akan di sebutkan penetapan lawannya, yaitu kesempurnaan karena penafian saja itu adalah peniadaan, dan peniadaan semata itu bukan pujian.

فلما اشتمل على اليقين وكانت الهداية لا تحصل الا باليقين ، قال : [هدى للمتقين] والهدى : ما تحصل به الهداية من الضلال والشبه ، وما به الهداية الى سلوك الطريق النافعة ، وقال : [هدى] وحذف المعمول ، فلم يقل هدى للمصلحة الفلانية ، ولا لشيء الفلاني لإرادة العموم وأنه هدى لجميع مصالح الرارين فهو مرشد للعباد فى المسائل الأصولية والفروعية ومبين للحق من الباطل ، والصحيح من الضعيف ومبين لهم كيف يسلكون الطرق النافعة لهم فى دنياهم وأخراهم.

Maka ketika tercakup dalam ayat ini tentang keyakinan dan hidayah tidak mungkin bisa membimbing tanpa keyakinan, Allah berfirman : [hudan lil muttaqiin<a>: sebagai hidayah bagi orang-orang yang bertaqwa] dan kata alhuda adalah sesuatu yang bisa di hasilkan dengannya hidayah dari kesesatan dan subhat, dan sesuatu yang di hasilkan dengannya hidayah kepada jalan yang bermanfaat, dan Allah berfirman : [hudan: hidayah] dan di hilangkan yang di kenai pekerjaan maka tidak di sebutkan bimbingan untuk kebaikan perorangan dan tidak untuk sesuatu yang bersifat perorangan, karena ada tujuan umum, dan bahwasannya dia itu membimbing untuk semua kebaikan di dua tempat, yakni di dunia dan akhirat maka Alqur’an merupakan bimbingan kepada para hamba untuk masalah yang usul dan cabang-cabangnya, dan menjelaskan mana yang hak dari yang batil, dan yang shahih dari yang lemah, dan menjelaskan kepada mereka mana jalan yang harus di jalani yang bermanfaat baginya, untuk mendapatkan dunianya dan akhiratnya.

وقال فى موضع آخر : [هدى للناس] فعمم ، وفى هذا الموضع وغيره [هدى للمتقين] لأنه فى نفسه هدى لجميع الخلق ، فالأشقياء لم يرفعوا به رأسا ، ولم يقبلوا هدى الله ، فقامت عليهم به الحجة ولم ينتفعوا به لشقائهم وأما المتقون الذين أتوا بالسبب الأكبر لحصول الهداية وهو التقوى التى حقيقتها : اتخاذ ما يقى سخط الله وعذابه بامتثال اوامره واجتناب النواهى فاهتدوا به ، وانتفعوا غاية الإنتفاع ، قال تعالى : [يا أيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا] فالمتقون هم المنتفعون بالآيات القرآنية والآيات الكونية.

Dan Allah katakan di tempat lain [hudan linnaas<i>: petunjuk bagi manusia] maka dalam ayat ini di sebutkan secara umum, dan dalam tempat ini dan selainnya [hudan lil-muttaqiin<a>: petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa] karena Alqur’an itu pada dzatnya itu petunjuk bagi seluruh makhluk, maka orang-orang yang yang celaka tidak pernah memperdulikan bimbingan Alqur’an, dan mereka tidak mau menerima bimbingan Allah, maka tegaklah hujah atas mereka, dan mereka tidakbisa mengambil manfaat dengannya karena jahatnya mereka, dan adapun orang-orang yang bertaqwa yang menjalankan sebab-sebab yang besar untuk mendapatkan hidayah, yaitu taqwa yang hakikatnya adalah : Melindungi diri dari kemurkaan Allah dan adzab Allah dengan mentaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya maka akhirnya mereka terbimbing dengannya, dan mereka mendapatkan manfaat setinggi-tinggi manfaat, Allah ta’ala berfirman : [wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, dia jadikan untuk kalian pembeda antara hak dan batil] maka orang-orang yang bertaqwalah, mereka adalah orang-orang yang bisa mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alqur’an dan ayat-ayat kauniyah, yakni ayat-ayat yang Allah taqdirkan ini.

ولأن الهداية نوعان : هداية البيان وهداية التوفيق ، فالمتقون حصلت لهم الهدايتان وغيرهم لم تحصل لهم هداية التوفيق وهداية البيان بدون توفيق للعمل بها ليست هداية حقيقة تامة.

Dan karena hidayah itu ada dua yaitu hidayah yang berbentuk penjelasan dan hidayah taufik, maka orang-orang yang bertakwa mempunyai dua hidayah, dan selain mereka tidak mempunyai hidayah taufik, dan hidayah yang berbentuk penjelasan dengan tanpa taufik untuk mengamalkan dengannya, bukan hidayah yang sebenarnya yang sempurna.

ثم وصف المتقين بالعقائد والأعمال الباطنة والأعمال الظاهرة ، لتضمن التقوى لذلك ، فقال : [الذين يؤمنون بالغيب] حقيقة الإيمان : هو التصديق التام بما أخبرت به الرسل ، المتضمن لإنقياد الجوارج ، وليس الشأن فى الإيمان بالأشياء المشاهدة بالحس ، فإنه لايتميز بها المسلم من الكافر ، إنما الشأن فى الإيمان بالغيب الذي لم نره ولم نشاهده ، وإنما نؤمن به لخبر الله وخبر رسوله ، فهذا الإيمان الذي يميز به المسلم من الكافر ، لأنه تصديق مجرد لله ورسله ، فالمؤمن يؤمن بكل ما أخبر الله به أو أخبر به الرسل ، سواء شاهده أو لم يشاهده وسواء فهمه وعقله أو لم يهتد اليه عقله وفهمه ، بخلاف الزنادقة المكذبين للأمور الغيبية ، لأن عقولهم القاصرة المقصرة لم تهتد اليها فكذبوا بما لم يحيطوا بعلمه ، ففسدت عقولهم ومرجت احلامهم وزكت عقول المؤمنين المصدقين بهدى الله.

Kemudian Allah dalam ayat ini menggambarkan orang-orang yang bertakwa dengan akidah-akidah dan amalan-amalan bathin dan amalan-amalan dhohir, karena ketakwaan itu mengandung hal itu, maka Allah berfirman : [yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghoib] hakikat iman adalah membenarkan dengan pembenaran yang sempurna dengan apa yang di khabarkan dengannya oleh para rasul, yang berkonsekwensi terikatnya anggota badan, dan tidak ada kepentingan dalam masalah keimanan dengan perkara-perkara yang di saksikan dengan indera, maka sesungguhnya dia itu tidak ada bedanya antara seorang mukmin dengan orang kafir, dan sesungguhnya yang membedakan antara muslim dan kafir adalah masalah iman dengan yang ghaib, yang kita belum bisa melihatnya dan belum bisa meyaksikannya, dan sesungguhnya kita beriman dengannya karena berita dari Allah dan berita dari rasulnya, maka inilah keimanan yang membedakan dengannya seorang muslim dari orang kafir, karena sesungguhnya itu adalah kepercayaan penuh apa kata Allah dan apa kata rasul, maka seorang muslim beriman dengan semua apa yang di khabarkan oleh Allah atau semua apa yang di khabarkan oleh utusannya, sama saja apakah mereka menyaksikannya atau mereka tidak menyaksikannya, sama saja dia bisa fahami dengan pemahamannya dan dia bisa fahami dengan akalnya, atau akalnya tidak bisa menghantarkannya dan tidak bisa di fahami, berbeda dengan pemahaman para zindiq dan para pendusta terhadap perkara-perkara ghaib karena akal mereka dangkal, pendek sehingga mereka tidak bisa memahami, maka mereka mendustakan dengan apa yang mereka tidak mampu memahaminya, maka rusaklah akal-akal mereka dan kacaulah akal pikiran mereka, dan akal-akal orang beriman terjaga, yang mereka orang-orang yang percaya, yang mendapat hidayah dengan hidayah Allah.

ويدخل فى الإيمان بالغيب الإيمان بجميع ما أخبر الله به من الغيوب الماضية والمستقبلة وأحوال الآخرة وحقائق أوصاف الله وكيفيتها ، وما أخبرت به الرسل من ذلك فيؤمنون بصفات الله ووجودها ويتيقنونها وإن لم يفهموا كيفيتها.

Dan masuk ke dalam iman kepada yang ghoib adalah iman dengan seluruh apa yang di beritakan Allah yang merupakan hal-hal yang ghoib, apakah yang sudah lewat atau yang akan datang, dan berita-berita tentang akhirat dan percaya tentang hakikat-hakikat sifat-sifat Allah dan caranya, dan apa yang di khabarkan tentang hal itu oleh para rasul maka mereka beriman dengan sifat-sifat Allah dan keberadan sifat-sifat Allah dan mereka meyakininya, walaupun tidak mengetahui caranya.

ثم قال : [ويقيمون الصلاة] لم يقل : يفعلون الصلاة أو يأتون بالصلاة ، لأنه لايكفي فيها مجرد الإتيان بصورتها الظاهرة فإقامة الصلاة ، إقامتها ظاهرا بإتمام أركانها وواجباتها وشروطها وإقامتها باطنا بإقامة روحها وهو حضور القلب فيها وتدبر ما يقوله ويفعله منها ، فهذه الصلاة هي التي قال الله فيها : [إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر] وهي التي يترتب عليها الثواب فلا ثواب للإنسان من صلاته الا ما عقل منها ويدخل فى الصلاة فرائضها ونوافلها.

Kemudian Allah berfirman : [wa yuqiimuunash shalaata: dan orang-orang yang menegakan sholat] Allah tidak berfirman : mengerjakan sholat atau mendatangi sholat, karena tidak cukup hanya mewujudkan sholat secara bentuknya saja yang dhohir maka menegakan sholat maksudnya menegakannya secara dhohir dengan mewujudkan semua rukun-rukunnya, dan kewajiban-kewajibannya, dan semua syarat-syarat sholat, dan menegakan sholat secara bathin maksudnya adalah dengan menegakan ruhnya sholat yaitu hadirnya jiwa di dalam sholat, dan memahami apa yang di bacanya dan yang di kerjakannya, maka yang seperti inilah sholat yang Allah berfirman di dalamnya : [sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar] sholat yang sah adalah sholat yang mengakibatkan atasnya pahala, maka sholat seorang tidak ada nilainya kecuali yang di hadiri akalnya darinya, dan termasuk di dalam sholat adalah sholat yang wajibnya dan sunahnya.

ثم قال : [ومما رزقناهم ينفقون] يدخل فيه النفقات الواجبات كالزكاة ، والنفقة على الزوجات والأقارب والمماليك ونحو ذلك والنفقات المستحبة بجميع طرق الخير ، ولم يذكر المنفق عليه ، لكثرة أسبابه وتنوع أهله ولأن النفقة من حيث هي قربة إلى الله وأتى ب [من] الدالة على التبعيض لينبههم أنه لم يرد منهم إلا جزءا يسيرا من أموالهم ، غير ضار لهم ولا مثقل بل ينتفعون هم بإنفاقه وينتفع به إحوانهم.

Kemudian Allah berfirman : [wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun<a>: dan sebagian apa yang Allah anugerahkan kepada mereka, mereka infaqkan] termasuk di dalamnya menginfaqkan harta yang wajib seperti zakat, dan nafkah untuk istri dan kerabat dan budak dan yang semisal itu, dan termasuk di dalamnya nafkah-nafkah yang sifatnya anjuran pada semua macam-macam jalan kebaikan, dan tidak di sebut apa yang di nafkannya karena banyaknya sebab-sebab dan bermacam-macamnya orang yang berhak, karena nafkah itu adalah sebuah cara mendekatkan diri kepada Allah dan di tambah dengan [kata min] menunjukan atas sebagian, ini mengingatkan mereka bahwasannya Allah tidak menghendaki dari mereka kecuali sebagian kecil dari harta mereka, tanpa memudhorotkan bagi mereka dan tidak memberatkan bahwa mereka akan mendapatkan manfaat dengan nafkahnya mereka dan bermanfaat dengannya bagi saudara-saudaranya.

وفى قوله : [رزقناهم] إشارة إلى أن هذه الأموال التى بين أيديهم ، ليست حاصلة بقوتكم وملككم وإنما هي رزق الله الذي خولكم وأنعم به عليكم فكما أنعم عليكم وفضلكم على كثير من عباده فاشكروه بإخراج بعض ما أنعم به عليكم وواسوا إخوانكم المعدمين.

Dan dalam firman-Nya : [razaqnaahum: yang kami rizkikan kepada kalian] ada isyarat bahwa harta-harta ini yang ada di hadapan kalian bukan hasil jerih payah kalian dan milik-milik kalian, dan sesungguhnya tidak lain itu adalah rezki Allah yang di berikan kepada kalian dan yang Allah berikan kenikmatan dengannya atas kalian, maka sebagaimana Allah beri kenikmatan kepada kalian dan Allah lebihkan kalian atas kebanyakan dari hamba-hambanya maka bersyukurlah kepada-Nya dengan mengeluarkan apa yang Allah telah berikan dengannya atas kalian da mencukupi saudara-saudara kalian yang tidak punya.

وكثيرا ما يجمع تعالى بين الصلاة والزكاة فى القرآن ، لأن الصلاة متضمنة للإخلاص للمعبود ، والزكاة والنفقة متضمنة للإحسان على عبيده ، فعنوان سعادة العبد إخلاصه للمعبود وسعيه فى نفع الخلق كما أن عنوان شقاوة العبد عدم هذين الأمرين منه فلا إخلاص ولا إحسان.

Dan seringkali Allah mengiringkan antara sholat dan zakat di dalam Alqur’an karena dalam sholat ada keikhlasan kepada dzat yang di ibadahi, dan zakat dan nafaqah itu ada perbuatan baik kepada hambanya, maka tanda kebahagiaan seorang hamba adalah keikhlasannya kepada Allah dan upayanya memberi manfaat kepada manusia sebagaimana tanda celakanya seorang hamba adalah tidak adanya dua perkara ini darinya maka tidak ada keikhlasan dan tidak ada perbuatan baik.

ثم قال : [والذين يؤمنون بما أنزل اليك] وهو القرآن والسنة ، قال تعالى : [وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة] فالمتقون يؤمنون بجميع ما جاء به الرسل ولا يفرقون بين بعض ما أنزل اليه ، فيؤمنون ببعضه ، ولا يؤمنون ببعضه ، إما بجحده أو تأويله على غير مراد الله ورسوله ، كما يفعل ذلك من يفعله من المبتدعة ، الذين يؤولون النصوص الدالة على خلاف قولهم ، بما حاصله عدم التصديق بمعناها ، وإن صدقوا بلفظها فلم يؤمنوا بها إيمانا حقيقيا.

Kemudian Allah berfirman : [walladziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika: dan orang-orang yang beriman dengan apa yang di turunkan kepadamu] yaitu Alqur’an dan Assunnah, Allah ta’ala berfirman : [dan Allah turunkan kepadamu Alkitab dan Alhikmah] maka yang namanya muttaqiin adalah orang-orang yang beriman dengan seluruh apa yang di bawa oleh para rasul dan tidak membeda-bedakan antara sebagian apa yang di turunkan kepadanya, maka mereka beriman dengan sebagiannya dan mereka tidak beriman dengan sebagiannya, apakah dia menolak dengan menentang atau menolak dengan takwil kepada kalimat yang bukan makna yang di maukan oleh Allah dan rasul-Nya, seperti yang di lakukan oleh orang yang yang melakukannya dari kalian ahlul bid’ah, yang mereka mentakwilkan makna-makna ayat kepada yang menyelisihi perkataan mereka, dengan apa yang hasilnya adalah mereka menolak makna ayat, meskipun mereka percaya lafadznya maka mereka tidak beriman dengannya dengan iman secara hakiki.

وقوله : [وما أنزل من قبلك] يشمل الإيمان بجميع الكتب السابقة ، ويتضمن الإيمان بالكتب الإيمان بالرسل وبما اشتملت عليه ، خصوصا التورة والإنجيل والزبور ، وهذه خاصية المؤمنين يؤمنون بجميع الكتب السماوية كلها ، وبجميع الرسل فلا يفرقون بين أحد منهم.

Dan firman-Nya : [wa maa unzila min qablika: dan beriman apa yang di turunkan pada orang-orang sebelummu] mengandung keimanan dengan semua kitab-kitab yang terdahulu, tentunya beriman dengan kitab-kitab yang terdahulu berarti beriman dengan para rasul, dan apa yang terkandung di dalamnya dari Allah, terkhususkan adalah taurat, dan injil. dan zabur dan ini adalah keistimewaan kaum mukminin yang mereka beriman dengan semua kitab-kitab yang di turunkan oleh Allah dari langit, dan beriman dengan seluruh para rasul maka mereka tidak membeda-bedakan di antara seorangpun dari mereka.

ثم قال : [وبالآخرة هم يوقنون] و[الآخرة] اسم لما يكون بعد الموت ، وخصه بالذكر بعد العموم ، لأن الإيمان باليوم الآخر أحد أركان الإيمان ، ولأنه أعظم باعث على الرغبة والرهبة والعمل و[اليقين] : هو العلم التام الذي ليس فيه أدنى شك ، والموجب للعمل.

Kemudian Allah berfirman : [wa bil aakhirati hum yuuqinuun<a>: dan terhadap akhirat mereka beriman] dan [kata akhirat] adalah nama dari semua apa yang terjadi setelah mati, dan di sebutkan secara khusus setelah menyebutkan yang umum, karena iman dengan hari akhir adalah salah satu dari rukun-rukun iman, dan iman pada hari akhir adalah sebesar-besar faktor yang mendorong untuk takut, dan semangat, dan pendorong untuk beramal, dan [yakin] maknanya adalah ilmu yang paling sempurna, yang tidak ada keraguan serendah-rendah keraguan, dan mengharuskan untuk beramal.

[اولئك] أي : الموصوفون بتلك الصفات الحميدة [على هدى من ربهم] أي : على هدى عظيم ، لأن التنكير للتعظيم ، وأي هداية أعظم من تلك الصفات المذكورة المتضمنة للعقيدة الصحيحة والأعمال المستقيمة ، وهل الهداية الحقيقة الا هدايتهم وما سواها مما خالفها فهو ضلالة.

[ulaaika: mereka itu] yaitu : mereka itu yang di sifati dengan sifat-sifat yang terpuji [‘alaa hudan min rabbihim: di atas petunjuk dari Tuhan mereka] yaitu : di atas petunjuk yang agung, karena bentuk nakirah untuk pengagungan, dan hidayah mana yang lebih agung dari sifat-sifat yang di sebutkan tadi mengandung akidah yang benar dan amalan-amalan yang lurus, dan tidaklah hidayah yang sebenarnya kecuali hidayah mereka dan apa yang selainnya pada apa yang menyelisihinya maka itu kesesatan.

وأتى ب [على] فى هذا الموضع ، الدالة على الإستعلاء وفى الضلالة يأتى ب [فى] كما فى قوله : [وإنا أو إياكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين] لأن صاحب الهدى مستعمل بالهدى ، مرتفع به ، وصاحب الضلال منغمس فيه محتقر.

Dan di datangkan dengan [lafadz ‘alaa: di atas] pada tempat ini, yang menunjukan tinggi di atasnya dan ketika bicara tentang kesesatan, Allah datangkan dengan [kalimat fii: di dalam] sebagaimana di sebutkan dalam firman-Nya : [wa innaa au iyyakum la’alaa hudan au fii dhalaalin mubiin<in>: dan kami atau kalian yang berada di atas hidayah atau dalam kesesatan yang nyata] karena yang mendapatkan petunjuk itu tinggi dengan petunjuk itu, dia di angkat dengan hidayah, dan orang yang sesat dia terjerumus di dalamnya dalam keadaan hina.

ثم قال : [وأولئك هم المفلحون] والفلاح هو الفوز بالمطلوب والنجاة من المرهوب ، حصر الفلاح فيهم ، لأنه لا سبيل إلى الفلاح الا بسلوك سبيلهم ، وما عدا تلك السبيل فهى سبل الشقاء والهلاك والخسار التى تفضي بسالكها الى الهلاك ، فلهذا لما ذكر صفات المؤمنين حقا ، ذكر صفات الكفار المظهرين لكفرهم ، المعاندين للرسول ، فقال :

Kemudian Allah berfirman : [wa ulaaika humul muflihuun<a>: dan mereka orang-orang yang beruntung] dan kata alfalah maknanya adalah berhasil mendapatkan apa yang di inginkan dan selamat dari apa yang di takutkan, berarti alfalah Allah khususkan untuk mereka, karena tidak ada jalan untuk dapat keberuntungan kecuali dengan menjalani jalan-jalan mereka, dan adapun selain jalan itu adalah jalan-jalan kesengsaraan, dan kebinasaan, dan kerugian yang akan melemparkan pelakunya dalam kebinasaan maka setelah Allah menggambarkan sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, Allah gambarkan sifat orang-orang kafir yang menampakan terhadap kekafiran mereka, mereka menentang kepada rasul, maka Allah berfirman :

Kitab Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan Karya Al 'Alamah Asy Syaikh 'Abdur rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullahu ta'ala.

@ngajikitabtafsirassa’di/S=0003/klik.

[6-7] : [إن الذين كفروا سواء عليهم أأنذر  تهم أم لم تنذرهم لا يؤمنون * ختم الله على قلوبهم وعلى سمعهم وعلى أبصارهم غشاوة ولهم عذاب عظيم] ، يخبر تعالى إن الذين كفروا ، أي : اتصفوا بالكفر ، واتصبغوا به ، وصار وصفا لهم لازما لا يردعهم عنه رادع ، ولا ينجع فيهم وعظ ، إنهم مستمرون على كفرهم ، فسواء عليهم أأنذرتهم ، أم لم تنذرهم لا يؤمنون ، وحقيقة الكفر : هو الجحود لما جاء الرسول ، أو جحد بعضه ، فهؤلاء الكفار لا تفيدهم الدعوة إلا إقامة الحجة عليهم . وكأن فى هذا قطعا لطمع الرسول صلى الله عليه وسلم فى إيمانهم ، وأنك لا تأس عليهم ، ولا تذهب نفسك عليهم حسرات.

[6-7] : [innalladziina kafaruu sawaa-un ‘alaihim a andzartahum am lam tundzirhum laa yu’minuuna: Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja atas mereka, apakah engkau peringatkan mereka ataupun engkau tidak peringatkan mereka, mereka tidak akan beriman * khatamallaahu ‘alaa quluubihim wa ‘alaa sam’ihim wa ‘alaa abshoorihim ghisyawaatun wa lahum ‘adzabun ‘adhiim<un>: Allah tutup hati-hati mereka dan pendengaran mereka dan atas pandangan mereka ada tutup dan bagi mereka adzab yang sangat besar] Allah ta’ala mengkhabarkan bahwa orang-orang kafir, yakni : orang-orang yang disifati dengan kekafiran dan dicelup dengan kekufuran dan menjadi sifat yang lazim padanya, orang yang seperti ini tidak ada yang bisa mengubahnya, dan tidak ada orang yang bisa memberikan padanya nasehat, sesungguhnya mereka akan terus-menerus berada diatas kekufuran mereka, maka sama saja atas mereka, Apakah engkau beri peringatan mereka atau tidak engkau beri peringatan mereka, mereka tidak akan beriman, dan hakikat kufur adalah menentang apa yang dibawa oleh rasul, maka orang-orang kafir itu tidak bermanfaat bagi mereka dakwah kecuali hanya penegakan hujah atas mereka, seakan-akan dalam kalimat ini adalah memutus harapan rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keimanan mereka dan jangan engkau kecewa atas mereka dan jangan jiwamu pergi dalam keadaan bersedih.

ثم ذكر الموانع المانعة لهم من الإيمان ، فقال : [ختم الله على قلوبهم وعلى سمعهم] أي : طبع عليها بطابع لا يدخلها الإيمان ، ولا ينفذ فيها ، فلا يعون ما ينفعهم ، لا يسمعون ما يفيدهم.

Kemudian Allah sebutkan penghalang-penghalang yang menghalangi bagi mereka dari beriman, maka Allah beriman : [khatamallaahu ‘alaa quluubihim wa ‘alaa sam’ihim: Allah tutup hati-hati mereka dan pendengaran mereka] yakni : telah ditutup oleh Allah dengan penutup sehingga tidak bisa dimasuki keimanan dan tidak bisa masuk kedalamnya, maka tidak faham apa yang bermanfaat buat mereka, dan tidak bisa mendengar apa yang berfaedah buat mereka.

[وعلى أبصارهم غشاوة] أي : غشاء وغطاء وأكنة تمنعها عن النظر الذي ينفعهم وهذه طرق العلم والخير قد سدت عليهم ، فلا مطمع فيهم ، ولا خير يرجي عندهم ، وإنما منعوا ذلك وسدت عنهم أبواب الإيمان بسبب كفرهم وجحودهم ومعاندتهم بعد ما تبين لهم الحق ، كما قال تعالى : [ونقلب أفئدتهم وأبصارهم كما لم يؤمنوا به أول مرة] وهذا عقاب عاجل.

[wa ‘alaa abshorihim ghisyaawatun: dan atas pandangan mereka ada penutup] yakni : penutupan, yang menghalangi mereka untuk bisa melihat kebenaran, dan jalan-jalan ilmu dan kebaikan ini sungguh telah tertutup atas mereka, maka tidak ada harapan lagi buat mereka, dan tidak ada kebaikan yang diharapkan disisi mereka, dan sesungguhnya tidak lain penghalang dari kebenaran dan tertutupnya hati mereka dari pintu-pintu iman disebabkan kekufuran mereka dan penentangan mereka dan pembangkangan mereka setelah jelas bagi mereka kebenaran, sebagaimana Allah ta’ala menyatakan dalam ayat lain : [wa nuqallibu af-idatahum wa abshoorohum kamaa lam yu’minuu bihi awwala marratin: dan kami balik hati-hati mereka dan pandangan-pandangan mereka sebagaimana mereka tidak beriman dipertamanya] dan ini adalah adzab yang disegerakan didunia.

ثم ذكر العقاب الآجل ، فقال : [ولهم عذاب عظيم] وهو عذاب النار وسخط الجبار المستمر الدائم.

Kemudian disebutkan balasan yang ditunda, maka Allah berfirman : [wa lahum ‘adzaabun ‘adhimun: dan bagi mereka adzab yang sangat besar] yaitu adzab api neraka dan kemurkaan Allah yang terus-menerus lagi kekal.

ثم قال تعالى فى وصف المنافقين الذين ظاهرهم الإسلام وباطنهم الكفر.

Kemudian Allah ta’ala berbicara tentang sifat sifat para munafiqin yang dhohir mereka islam tapi batin mereka kafir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar