Muraja’ah Kitab Syarhu Al Hikam bisyarqaawi Karya Syaikh
Ahmad bin Athaillaah As Sakandari rahimahullahu ta’ala.
|
@muraja’ahkitabsyarhulhikam/S=0004/klik.
|
Tema Kajian :
Penjelasan keadaan-keadaan orang-orang yang mengenal Allah tentang menjauhkan
diri dari mengatur dirinya terhadap perkara dunia.
|
[سوابق الهمم
لا تخرق أسوار الأقدار] هذه الحكمة كالتعليل لما قبلها وتصلح أيضا لما بعدها
كأنه قال ارادتك أيها المريد خلاف ما أراده مولاك لا تجدي نفعا لأنه اذا كانت سوابق
الهمم أي الهمم السوابق أي سريعة التأثير في الأشياء وهي قوي النفس التي تنفعل
عنها الأشياء وتكون للولى كرامة يقال فعل كذا بهمته اذا وجهها اليه فوجد ولغيره
كالساحر والعائن اهانة لا تنفعل عنه الأشياء الا بتقدير الله تعالى أي باذنه
سبحانه فالهمم غير السوابق كهمتك ايها المريد لا أثر لها من باب أولى ففي هذا
تبريد نار الحرص المشتعلة في قلبه حتى يخيل له أن ذلك الشيئ طوع يده وأنه يدركه
لا محالة والإضافة في قوله سوابق الهمم من اضافة الصفة إلى الموصوف كما تقرر وفي
قوله أسوار الأقدار من إضافة المشبه به للمشبه.
|
[cita-cita yang kuat yang bermacam-macam yang cepat
memberikan hasil itu tidak bisa menerobos batas-batas taqdir Allah] hikmah
ini seperti menjadi alasan kepada hikmah yang sebelumnya dan juga pantas
menjadi alasan terhadap apa yang setelahnya, seakan-akan penulis berkata :
keinginanmu wahai orang yang mengharapkan wushul kepada Allah dalam keadaan
berbeda dengan apa yang di kehendaki oleh Allah itu tidak bisa memberikan
manfaat, karena apabila sawabiqul himam maksudnya himmah sabiqah: cita-cita
yang kuat yang bermacam-macam maksudnya adalah cepat memberikan hasil dalam
semua perkara yang di tuju dan himmah sabiqah itu adalah kekuatan nafsu yang
bisa menimbulkan apa yang di inginkan dan himmah sabiqah itu untuk wali Allah
di sebut karamah, di katakana fa’ala kadza bihimmatihi apabila wali tersebut
menghadapkan himmahnya kepada apa yang di maksud, kemudian yang di maksud itu
terwujud dan selain wali Allah seperti tukang sihir dan orang yang tajam
matanya sebagai bentuk penghinaan dari Allah yang segala sesuatu tidak bisa
terlaksana darinya kecuali dengan takdir Allah ta’ala maksudnya dengan idzin
Allah subhanahu, maka himmah yang bukan sabiqah itu seperti cita-cita kuat
kamu wahai orang yang mengharapkan wushul kepada Allah yang tidak ada hasil
baginya dari sisi apa yang lebih utama, maka dalam hal ini menghadapkan api
semangat yang berkobar-kobar di dalam hatinya sehingga di khayalkan kepadanya
bahwa sesuatu itu tunduk pada tangannya dan bahwasannya orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah itu semestinya bisa menghasilkan apa yang di
harapkan, mengidhafahkan dalam ucapan beliau sawabiqul himam itu termasuk
mengidhafahkan sifat kepada yang di sifati sebagaimana yang telah tetap dalam
kaidah ilmu nahwu dan dalam ucapan beliau aswaral aqdar itu termasuk dari mengidhafahkan
almusyabbah bihi: yang di serupakan dengannya yakni al-aqdar: taqdir-taqdir
kepada almusyabbah: yang di serupakan yakni al-aswar: batas-batas.
|
ثم قال : [أرح نفسك] أيها المريد
[من التدبير] لأمر دنياك وهو أن يقدير الشخص في نفسه أحوالا يكون عليها على ما
تقتضيه شهوته ويدبر لها ما يليق بها من أحوال وأعمال ويهتم لأجل ذلك وهذا تعب
عظيم استعجله لنفسه ولعل أكثر ما يقدره لا يقع فيخيب ظنه وفي تعبير بأرح إشارة
إلى أن المطلوب تركه للمريد هو ما فيه تعب ومعانات أما تدبير أمور معاشه على وجه
سهل يستعين به على مطلوبه فلا بأس به ولذا ورد : التدبير نصف المعيشة. [فما قام
به غيرك عنك لا تقم به لنفسك] يعني أن الأمر مفروغ منه إذ قد قام به غيرك وهو
الله تعالى وما قام به غيرك لا فائدة في قيامك به فيكون قيامك فضولا لا ينبغي أن
يتلبس به في ذوو العقول وأيضا فيه ترك العبودية ومضادة لأحكام الربوبية ومنازعة
القدر وإنما خاطب المريد بذلك لأنه إذا توجه لحضرة الرب واشتغل بأوراد الطريق
وأعماله تعطلت عليه أسباب معاشه في الغالب فيأتيه الشيطان ويوسوس له ويصير يدبر
في نفسه أمورا لا يقع أكثرها وذلك يشغله عما هو بصدده فيرجع عما عما هو متوجه له
ودواء ذلك كثرة الذكر والرياضة حتى يرجع عنه الشيطان وتحصل له الراحة من تعب
التدبير.
|
Kemudian beliau berkata : [istirahatkanlah dirimu]
wahai orang yang mengharapkan wushul kepada Allah [dari perbuatan mengatur]
terhadap perkara duniamu dan tadbir itu maksudnya adalah seseorang
merencanakan dalam dirinya sendiri untuk memperoleh beberapa tingkat keadaan
yang dia berada di atasnya sesuai dengan yang di cocoki oleh syahwatnya dan
sesorang mengatur terhadapnya apa yang pantas dengannya dari beberapa tingkat
keadaan dan perbuatan dan sesorang memperhatikan karena pengaturan tersebut,
dan cita-cita yang seperti ini adalah sesuatu yang sangat memayahkan yang di
percepat untuk dirinya sendiri dan barangkali kebanyakan apa yang di
rencanakan olehnya itu tidak terjadi maka menjadi sia-sia persangkaannya itu,
dan dalam hal pengibaratan penulis kitab dengan kata Arih itu memberi isyarat
bahwa yang di tuntut supaya di tinggalkan oleh orang yang mengharapkan wushul
kepada Allah adalah apa yang padanya memayahkan dan mempersulit dirinya
sendiri, adapun mengatur perkara-perkara urusan hidupnya orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah dengan cara yang mudah yang mana dia hal itu
membantu dirinya terhadap apa yang di tuntutnya maka itu tidak mengapa, dan
oleh karena itu telah datang hadis yang menyatakan : Mengatur tentang urusan
dunia itu setengah dari perkara kehidupan.
|
[maka apa yang telah tegak dengannya selainmu darimu
itu jangan kamu tegak dengannya untuk dirimu] yakni bahwa perkara yang di
kosongkan dari perkara tersebut, karena telah ada selainmu yang menegakannya
yaitu Allah ta’ala dan apa yang telah menegakan dengannya selainmu tidak ada
faedah untuk kamu ikut menegakannya maka menjadi kamu ikut menegakannya itu
sesuatu yang tidak berguna, yang tidak sepantasnya di jalani oleh orang yang
mempunyai akal dan juga di dalamnya itu menegaskan tentang dia itu
meninggalkan sifat menjadi hamba dan melawan keputusan-keputusan Tuhan dan
menentang taqdir dan sesungguhnya yang di ajak bicara tentang hal itu adalah
orang yang mengharapkan wushul kepada Allah, bahwasannya apabila dia
terlanjur menghadap ke hadirat Allah dan tersibukan dirinya dengan
wirid-wirid thariqat dan beberapa amalan-amalan lain, dia terlupakan dari
mencari pekerjaan secara umum, maka dia di datangi oleh syetan dan di bisiki
olehnya dan menjadilah dia merencanakan macam-macam perkara dalam dirinyayang
kebanyakanya tidak terlaksana, dan hal itu yang menyibukan dirinya dari apa
yang menjadi tujuannya kemudian dia kembali dari apa yang itu menjadi tujuan
awalnya, dan obat dari hal itu adalah banyak berdzikir dan usaha menundukan
dirinya sehingga syetan kembali meninggalkannya dan di hasilkan olehnya rasa
enak dari kepayahan mengatur dirinya.
|
ولذا قال : [إجتهادك فيما ضمن لك]
أي تكفل الله لك به وهو الرزق تفضلا منه وإحسانا قال تعالى : وكأين من دابة لا
تحمل رزقها – الله يرزقها وإياكم إلى غير ذلك من الآيات [وتقصيرك فيما طلب منك]
وهو العمل الذي تتوصل به عادة إلى مولاك من أذكار وصلوات وأوراد وغير ذلك من
أنواع الطاعات ، قال تعالى : وما خلقت الجن والإنس إلا ليعبدون الآية – فالمطلوب
من المريد السعي في قوت الأرواح وهو ذكر المولى وفعل ما يقرب إليه لا قوت
الأشباح لأنه قائم به غيره وهو مولاه. [دليل على انطماس] أي عمى [البصيرة منك]
وهي عين فى القلب تدرك الأمور المعنوية كما البصر يدرك الأمور المحسوسة وفى
تعبيره بالإجتهاد إشارة إلى أن طلب الرزق من غير إجتهاد لا بأس به للمريد ولا
يدل على إنطماس بصيرته.
|
Dan karena itu berkata kyai musonnif : [kesungguhanmu
dalam apa yang telah di jamin untukmu] yakni Allah telah menanggung untukmu
dengan sesuatu yang telah kita usahakan dan apa yang telah di jamin itu
adalah rizki karena arah pemberian dari Allah dan berbuat baik, Allah ta’ala
berfirman : dan banyak sekali dari binatang melata itu tidak bisa menanggung
rizkinya – Allah yang memberi rizkinya dan kepadamu semua, bacalah ayat-ayat
lain selain ayat ini [dan kurangnya kamu dalam perkara yang di tuntut dari
mu] dan barang yang di tuntut adalah berupa amal yang biasanya kamu
menjadikan amal tersebut sebagai jembatan untuk wushul kepada Tuhanmu,
seperti dzikir-dzikir, dan shalat-shalat, dan wirid-wirid, dan selain itu
dari macam-macam ketaatan, Allah ta’ala berfirman : dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia kecuali agar supaya mereka beribadah kepadaku,
Al-Ayat – maka yang di tuntut dari seorang yang mengharapkan wushul kepada
Allah, yaitu usaha untuk memperoleh sesuatu yang menguatkan ruh, yaitu
mengingat Allah dzat yang menjadi Tuhannya dan melakukan sesuatu yang bisa
mendekatkan diri kepadanya, bukan kekuatan badan karena dia itu telah di atur
oleh selainya, yaitu Allah Tuhannya.
|
[sebagai bukti atas terhapusnya] yaitu butanya [mata
hati darimu] dan Albashirah itu adalah mata yang ada di dalam hati yang bisa
melihat perkara-perkara yang bersifat maknawi sebagaimana bahwa mata kepala
bisa melihat perkara-perkara yang bisa di lihat, dan di dalam pengibaratan
kyai musonnif dengan kata ijtihad itu isyarat bahwa mencari rezki dengan
tanpa terlalu bersungguh-sungguh tidak mengapa dengannya bagi orang yang
mengharapkan wushul kepada Allah, dan tidak menunjukan atas terhapusnya mata
hatinya.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar