Rabu, 27 Maret 2019

perintah menjaga mata dan dampak buruk dari melihat sesuatu yang haram.

Kitab Minhajul Abidin Karya Asy Syaikh Al Imam Al Arif Billahi Ta'ala Zainuddin Hujjatul Islam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al Ghazali Ath Thusi qaddasallahu ruhahu wa nawwara dharihahu wa nafa'ana wal muslimin bi 'Ulumihi Aamiin :

@ngajikitabbidayatulhidayah/S=0001/klik.


[ الفصل الأول : فصل العين ] ثم عليك وفقك الله وإيانا بحفظ العين فإنها سبب كل فتنة وآفة وأذكر فى أمرها ثلاثة أصول كافية ، أحدها ما قال الله سبحانه : قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ويحفظوا فروجهم ذلك أزكى لهم إن الله خبير بما يصنعون واعلم أني تأملت هذه الآية فإذا فيها مع قصرها ثلاثة معان عزيزة : تأديب وتنبيه وتهديد فأما التأديب فقوله تعالى : قل للمؤمنين يغضوا من أبصارهم ؛ ولا بد للعبد من إمتثال أمر السيد والتأدب بآدابه وإلا فيكون سيئ الأدب فيحجب فلا يؤذن له فى حضور المجلس والمثول بالحضرة فافهم هذه النكتة وتأمل ما تحتها فإن فيها ما فيها وأما التنبيه فقوله تعالى : ذلك أزكى لهم ؛ وينطلق على معنين والله أعلم ، الأول : ذلك أطهر لقلوبهم والزكاة الطهارة والتزكية التطهير والثانى : ذلك أنمى لخيرهم وأكثر والزكاة فى الأصل النمو فنبه على إن فى غض البصر تطهير القلب وتكثير الطاعة والخير وذلك أنك إن لم تغض بصرك وأرخيت عنانه تنظر إلى ما لا يعنيك فلا يخلو من فذنب كبير وربما تعلق قلبك بذلك فتهلك إن لم يرحم الله تعالى فلقد روي : أن العبد لينظر النظرة ينغل فيها قلبه كما ينغل الأديم فى الدباغ فلا ينتفع به أحدا وإن كان مباحا فربما يشتغل قلبك به فجاءك الوساوس والخواطر بسببه ولعلك لاتصل إليه فتبقى مشغول القلب منقطعا عن الخير وإن كنت لم ترى ذلك كنت مستريحا عن ذلك كله وفى هذا المعنى ذكر عن عيسى صلوات الله عليه : إياكم والنظرة وكفى بها لصاحبها فتنة.

[al fashlul awwalu : fashlul ‘aini] tsumma ‘alaika waffaqakallahu wa iyyana bihifzhil ‘aini fa-innaha sababu kulli fitnatin wa aafatin wa adzkuru fi amriha tsalatsata ushulin kafiyyatin : ahaduha ma qalallahu subhanahu : qul lil mu’minina yaghudhdhu min absharihim wa yahfazhu furujahum dzalika azka lahum innallaha khabirun bima yashna’una.

[Fasal yang Pertama : Fasal tentang Mata] kemudian bagimu wahai murid, semoga Allah memberikan taufik kepadamu dan kepada kami, engkau hendaknya untuk menjaga matamu, maka sesungguhnya mata itu sebab segala fitnah dan bencana dan aku menyebutkan tentang urusan mata tersebut tiga hal pokok yang cukup, yang pertama : apa yang Allah subhanahu firmankan di dalam alqur'an : katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman agar mereka menutup mata mereka dan menjaga kemaluan mereka, yang demikian itu lebih bersih bagi mereka sesungguhnya Allah mengetahui dengan apa yang mereka lakukan.

Wa’lam annii ta-ammaltu hadzihil aayata fa-idzan fiha ma’a qishariha tsalatsatu ma’anin ‘azizatin : ta’dibun wa tanbihun wa tahdidun.

Dan ketahuilah sesungguhnya aku merenungi ayat ini, ternyata saya temukan didalamnya dengan pendeknya ayat ada tiga makna yang sangat berguna, yaitu yang pertama adalah pendidikan dan yang kedua adalah peringatan dan yang ketiga adalah ancaman.

Fa-ammat ta’dibu faqauluhu ta’ala : qul lilmu’minina yaghudhdhu min absharihim ; wa la budda lil ‘abdi min imtitsali amris sayyidi wat ta-addubi bi-aadabihi wa illa fayakunu sayyi-al adabi fayuhjabu fala yu’dzanu lahu fi hudhuril majlisi wal mutsuli bil hadhrati fafham hadzihin nuktata wa ta-ammal ma tahtaha fa-inna fiha ma fiha.

Dan adapun pendidikan, yaitu firman Allah ta’ala : katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman agar mereka menundukan mata mereka ; maka harus bagi seorang hamba Allah untuk menjalankan perintah tuannya dan bertata krama dengan tata kramanya yang pan tas untuk Allah dan kalau tidak (melaksanakan perintah tuanmu) maka dia menjadi orang yang jelek adabnya maka dia akan dihalangi (dari melihat Allah) dan dia tidak di ijinkan untuk menghadiri majlis Allah dan tidak bisa berperan dihadapannya maka fahamilah point ini dan renungilah dibalik point ini maka sesungguhnya apa yang ada didalam point ini adalah point yang terpenting.

Wa ammat tanbihu faqauluhu ta’ala : dzalika azka lahum ; wa yanthaliqu ‘ala ma’nayaini wallahu a’lamu ; al awwalu : dzalika athharu liqulubihim waz zakatu aththaharatu wat tazkiyyatu attathhiru ; wats tsani : dzalika anma likhairihim wa aktsaru waz zakatu fil ashli annumuwwu fanabbaha ‘ala anna fi ghadhdhil bashari tathhiral qalbi wa taktsirath tha’ati wal khairi.

Dan adapun peringatan, yaitu firman Allah ta’ala : yang demikian itu (dengan Engkau menjaga matamu) itu lebih bersih bagi mereka dan kata azka mempunyai dua makna dan Allah yang lebih tahu (tentang makna yang sesungguhnya) ; yang pertama : yang demikian itu lebih membersihkan bagi hati mereka dan zakat itu bermakna bersih dan tazkiyah maknanya membersihkan diri ; dan yang kedua : yang demikian itu (dengan Engkau menjaga matamu) akan menjadikan lebih berkembang bagi kebaikan mereka dan lebih banyak dari itu dan adapun lafadz zakat pada dasarnya maknanya adalah berkembang maka Allah mengingatkan bahwa sesungguhnya didalam menundukan mata akan membersihkan hatinya dan memperbanyak kebaikan dan ketaatan.

Wa dzalika annaka in lam taghudhdha basharaka wa arkhaita ‘inanahu tanzhur ila ma la ya’nika fala yakhlu min an taqa’a ‘ainuka ‘ala haramin fa-in ta’ammadta fa-dzanbun kabirun wa rubbama ta’allaqa qalbuka bidzalika fatahliku in lam yarhamillahu ta’ala falaqad ruwiya annal ‘abda layanzhurun nazhrata yanghalu fiha qalbuhu kama yanghalul adimu fid dibaghi fala yantafi’u bihi abadan.

Dan yang demikian itu bahwa Engkau jika kamu tidak menundukan mata dan kamu tidak pasang kendali hawa nafsumu sehingga kamu melihat kepada sesuatu yang tidak ada pentingnya buatmu maka tidak mustahil kamu terjatuh kepada yang haram maka jika kamu dengan sengaja (menggunakan nikmat untuk maksiat) maka menjadikan dosa yang besar dan sering sekali akan terikat dengan apa yang kamu lihat maka akan hancur engkau jika Allah ta’ala tidak merahmati ; maka sungguh telah diriwayatkan : bahwa seorang hamba sungguh melihat satu pandangan, akan rusak dengan pandangan tersebut hatinya seperti rusaknya kulit didalam urusan pembuat penyamakan maka orangpun tidak bisa memanfaatkan selamanya.

Wa in kana mubahan farubbama yasy taghilu qalbuka bihi faja-akal wasawisu wal khawathiru bisababihi wa la’allaka la tashilu ilaihi fatabqa masyghulal qalbi munqathi’an ‘anil khairi wa in kunta la tara dzalika kunta mustarihan ‘an dzalika kullihi wa fi hadzal ma’na dzukira ‘an ‘isa shalawatullahi ‘alaihi : iyyakum wan nazhrata fa-innaha tazra’u fil qalbi asy syahwata wa kafa biha lishahibiha fitnatan.

Dan meskipun itu pandangan yang mubah maka barangkali hatimu sibuk dengan yang demikian itu maka datang kepadamu waswas dan lintasan-lintasan yang busuk karena sebab hal itu (melihat sesuatu yang diharamkan) dan bisa saja kamu tidak sampai kepada sesuatu yang engkau angan-angankan akan tetapi hatimu tetap sibuk, akhirnya terputuslah dari kebaikan dan jika kamu tidak melihat sesuatu yang haram tersebut, engkau akan tenang dari itu semua.


وقال ذو النون : نعم حاجب الشهوات غض الأبصار ولقد أحسن القائل : وأنت إذا أرسلت طرفك رائدا –  لقلبك يوما أتعبتك المناظر – رأيت الذي لا كله أنت قادر عليه – ولا عن بعضه أنت صابر ؛ فإذن مهما كنت غاض للبصر حافظا للعين لا تنظر إلى ما لا يعنيك ولا يهمك كنت نقي الصدر فارغ القلب مستريحا عن كثير من الوسواس سالم النفس عن الآفات متزايدا فى الخيرات فتنبه لهذه النكتة الجامعة والله عز وجل الموفق بمنه وكرمه ؛ وأما التهديد فقوله تعالى : [إن الله خبير بما يصنعون] وقال تعالى : [يعلم خائنة الأعين وما تخفي الصدور] وكفى بهذا تحذيرا لمن خاف مقام ربه فهذا أصل واحد من كتاب الله عز وجل.

Wa qala dzun nuni : ni’ma hajibusy syahawati ghadhdhul abshari wa laqad ahsanal qa-ilu : wa anta idza arsalta tharfaka ra-idan ; liqalbika yauman at’abatkal manazhiru ; ra-aital ladzi la kullahu anta qadirun ; ‘alaihi wa lan ‘an ba’dhihi anta shabirun.

Dan berkata dzun nun : sebaik-baik yang bisa menghalangi syahwat-syahwat adalah menundukan pandangan-pandangan mata dan sungguh bagus orang yang berkata : dan kamu ketika melepaskan pandangan matamu maka itu sebagai petunjuk ; bagi hatimu pada suatu hari kamu akan dibuat capai oleh apa-apa yang telah kamu lihat ; kamu menuruti apa saja yang kamu lihat secara keseluruhan niscaya kamu tidak akan mampu mewujudkannya ; dan kamu menuruti apa yang kamu lihat hanya sebagiannya saja niscaya tidaklah kamu bisa bersabar.

Fa-idzan mahma kunta ghadhdhan lil bashari hafizhan lil ‘aini la tanzhuru ila ma la ya’nika wa la yahummuka kunta naqish shadri farighal qalbi mustarihan ‘an katsiri minal waswasi saliman nafsi ‘anil aafati mutazayidan fil khairati fatanabbah lihadzihin nuktatil jami’ati wallahu ‘azza wa jalla almuwaffiqu bimannihi wa karamihi.

Maka kalau begitu sewaktu-waktu kamu menundukan terhadap pandangan mata, kamu tidak melihat kepada apa yang tidak berguna bagimu dan tidak dibutuhkan olehmu niscaya kamu itu bersih hatinya, kosong hatinya dari beban pikiran, berhenti dari kebanyakan daripada waswas, selamat jiwanya dari bencana-bencana, menjadi bertambah dalam kebaikan maka mengingatkan kamu terhadap point penting ini yang menyeluruh dan Allah azza wa jalla yang memberikan taufik dengan anugerahnya dan kemurahannya.

Wa ammat tahdidu faqauluhu ta’ala : [innallaha khabirun bima yashna’una] wa qala ta’ala : [ya’lamu kha-inatal a’yuni wa ma tukhfish shuduru] wa kafa bihadza tahdziran liman khafa maqama rabbihi fahadza ashlun wahidun min kitabillahi ‘azza wa jalla.

Dan adapun ancaman, yaitu firman Allah ta’ala : [sesungguhnya Allah maha mengetahui dengan apa yang mereka kerjakan] dan Allah ta’ala berfirman : [Allah mengetahui apa yang disimpan oleh mata-mata dan apa yang disembunyikan oleh dada-dada manusia] dan cukuplah dengan ini semua sebagai peringatan bagi orang yang takut kepada derajat Tuhannya maka ini adalah pokok yang satu dari kitab Allah azza wa jalla.


الأصل الثاني : ما روينا عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قال : إن النظر إلى محاسن المرأة سهم مسموم من سهام إبليس فمن تركها أذاقه الله تعالى طعم عبادة تسره وإن وجد أن حلاوة العبادة ولذة المناجاة من العابدين بمكان ؛ وهذا شيئ مجرب علمه وتحققه من عمل به لأنه إذا امتنع عن النظر إلى ما لا يعنيه يجد لذة للعبادة وحلاوة للطاعة وللقلب صفوة لم يجدها قبل ذلك.

Al ashluts tsani : ma rawaina ‘an rasulillahi shallallahu ‘alaihi wa sallam annahu qala : innan nazhara ila mahasinil mar-ati sahmun masmumun min sihami iblisa faman tarakaha adzaqahullahu ta’ala tha’ma ‘ibadatin tasurruhu wa in wajada anna halawatal ‘ibadati wa ladzdzatal munajati minal ‘abidina bimakanin ; wa hadza syai-un mujarrabun ‘alimahu wa tahaqqaqahu man ‘amila bihi li-annahu idza imtana’a ‘anin nazhari ila ma la ya’nihi yajidu ladzdzatan lil ‘ibadati wa halawatan liththa’ati wa lil qalbi shafwatan lam yajidha qabla dzalika.

Pokok yang kedua : adalah apa yang kami telah meriwayatkannya dari rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwasannya beliau bersabda : sesungguhnya melihat kepada kebagusan-kebagusan bentuk fisik wanita itu adalah panah yang beracun daripada panah-panahnya iblis maka barangsiapa yang bisa meninggalkannya (panah yang beracun) niscaya Allah ta’ala akan merasakan kepadanya rasanya ibadah yang indah yang akan menjadikan dia senang ; dan jika dia menemukan bahwa manisnya beribadah dan lezatnya bermunajat kepada Allah dari kalangan hamba-hamba Allah itu adalah sama dengan posisi yang amat penting dan menjaga mata ini adalah sesuatu yang teruji yang akan mengetahuinya dan membuktikannya, yaitu orang yang mengamalkannya karena sesungguhnya seseorang itu apabila dia menjaga matanya dari melihat kepada sesuatu yang tidak penting baginya niscaya dia akan menemukan kelezatan terhadap ibadah dan manisnya untuk melakukan ketaatan dan hatinya memiliki kejernihan yang tidak pernah dia ketemukan sebelum itu.


الأصل الثالث : أن تنظر إلى كل عضو من أعضائك يصلح لماذا وينظر له ماذا فعلى حسب ذلك تصونه وتحفظه فالرجل للمشي فى رياض الجنة وقصورها واليد لكأس الشراب وتناول الأثمار وكذلك فى سائر الأعضاء فالعين إنما هي للنظر إلى رب العالمين سبحانه وليس فى الدارين كرامة أجل وأكبر من ذلك فحقيق لشيئ ينتظر ويرجى له مثل هذه الكرامة أن يصان ويحفظ ويعز ويكرم فهذه الأصول الثلاثة إذا أحسنت التأمل فيها كفتك المؤنة فى هذا الفصل والله ولي التوفيق وهو حسبي ونعم الوكيل.

Al ashluts tsalitsu : an tanzhura ila kulli ‘udhwin min a’dha-ika yashluhu limadza wa yunzharu lahu madza fa’ala hasabi dzalika tashunuhu wa tahfazhuhu far rijlu lil masyyi fi riyadhil jannati wa qushuriha wal yadu lil ka’sisy syarabi wa tanawulil atsmari wa kadzalika fi sa-iril a’dha-i fal ‘ainu innama hiya lin nazhari ila rabbil ‘alamina subhanahu wa laisa fid daraini karamatun ajallu wa akbaru min dzalika fahaqiqun lisyai-in yuntazharu wa yurja lahu mitslu hadzihil karamati an yushana wa yuhfazha wa yu’azza wa yukrama fahadzihil ushulu atstsalatsatu idza ahsanta atta-ammula fiha kaffatkal mu’natu fi hadzal fashli wallahu waliyyut taufiqi wa huwa hasbii wa ni’mal wakili.

Pokok yang ketiga : hendaknya kamu lihat kepada setiap anggota dari anggota-anggota tubuhmu, semestinya kamu gunakan untuk apa ? dan digunakan untuk melihat apa ? maka sesuai dengan kesadaranmu itu, kamu akan menjaganya dan akan kamu jaga.

Maka mata sesungguhnya tidak lain dia hanyalah untuk melihat kepada Tuhan semesta Alam, dzat yang maha suci ; dan tidak ada didunia dan akhirat satu kemuliaan yang lebih agung dan lebih besar dari itu (melihat Allah) maka pantaslah bagi sesuatu yang ditunggu dan yang diharap olehnya seperti inilah kemuliaan dan hendaknya dijaga dan dimulyakan maka tiga pokok ini jika kamu benar-benar merenungi terus didalam hal tersebut maka cukuplah bagimu sebagai bekal dalam fasal ini dan Allahlah yang mempunyai taufik dan Dialah Allah yang mencukupiku dan sebaik-baik pelindung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar