Kamis, 21 Februari 2019

bab tsuna-i maqalah ketujud s/d kesepuluh - kitab syarah nashaihul ibad.

Muraja’ah Kitab Nashaihul 'Ibad Karya Asy Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al 'Asqolani rahimahullahu ta'ala :

@ngajikitabnashaihulibad/S=0005/klik.


والمقالة السابعة [ عن يحيى بن مغاذ رضي الله عنه : ما عصي الله كريم ] أي حميد الفعال وهو من يكرم نفسه بالتقوى وبالإحتراس عن المعاصي [ ولا آثر الدنيا ] أي لا قدمها ولا فضلها [ على الآخرة حكيم ] أي مصيب في أفعاله وهو من يمنع نفسه من مخالفة عقله السليم.

Dan Maqalah yang Ketujuh : Dari yahya bin mu'adz semoga Allah meridhainya : 'Tidak durhaka kepada Allah yakni Orang yang mulia', yakni yang terpuji perbuatan-perbuatannya dan karim adalah orang yang memuliakan dirinya sendiri dengan taqwa dan dengan menjaga diri sendiri dari perbuatan-perbuatan maksiat, 'Dan tidak memilih dunia', yakni tidak mendahulukan dan tidak mengutamakan dunia, 'Atas akherat yakni Orang yang bijaksana', yakni orang yang selalu benar dalam perbuatan-perbuatannya dan hakim adalah orang yang menahan dirinya sendiri dari menyelisihi akalnya yang sehat.

والمقالة الثامنة [ عن الأعمش ] اسمه سليمان بن مهران الكوفي [ رضي الله عنه : من كان رأس ماله التقوى كلت الألسن عن وصف ربح دينه ، ومن كان رأس ماله الدنيا كلت الألسن عن وصف خسران دينه ] والمعنى من تمسك على التقوى بامتثال أوامر الله تعالى واجتناب المعاصي بأن أسس أفعاله بموافقات الشرع فله حسنات كثيرة لا تحصي ، ومن تمسك على أمور مخالفات للشرع فله سيئات كثيرة عجزت الألسن عن ذكر ذلك بالعدد.

Dan Maqalah yang Kedelapan : Dari Al A'masy, namanya adalah sulaiman bin mihran alkufi, Semoga Allah meridhainya, 'Barangsiapa yang modalnya adalah takwa, maka kelu lisannya dari mensifati keuntungan agamanya, dan Barangsiapa yang modalnya adalah dunia, maka kelu lisannya dari mensifati kerugiannya', maknanya adalah barangsiapa yang berpegang teguh kepada taqwa dengan menjalankan perintah-perintah Allah ta'ala dan menjauhi perbuatan-perbuatan maksiat dengan mendasari tindakan-tindakannya dengan mencocok-cocoki syara' agama maka baginya kebaikan-kebaikan yang banyak yang tidak bisa di hitung, dan barangsiapa yang berpegang teguh kepada perkara-perkara yang menyelisihi terhadap syara' agama maka baginya kejelekan yang sangat banyak, yang lisan-lisan itu tidak mampu dari menyebutkan keburukan itu dengan hitungan.

والمقالة التاسعة [ عن سفيان الثوري رضي الله عنه ] وهو شيخ الإمام مالك [ كل معصية ] ناشئة [ عن شهوة ] أي اشتياق النفس إلى شيئ [ فإنه يرجى غفرانها ] أي المعصية [  كل معصية ] نشأت [ عن كبر ] أي دعوى الفضل [ فإنه لا يرجى غفرانها لأن معصية ابليس كان أصلها ] أي المعصية [ من الكبر ] يزعم أنه خير من سيدنا آدم [ و ] لأن [ زلة ] سيدنا آدم عليه السلام [  كان أصلها من الشهوة ] بسبب اشتياقه إلى ذوق ثمرة شجرة الشهوة المنهي عنها.

Dan Maqalah yang Kesembilan : Dari sufyan ats tsauri semoga Allah meridhainya, dia adalah gurunya imam malik : 'Setiap maksiat', yang timbul, 'Dari syahwat atau keinginan', yakni keinginan nafsunya kepada sesuatu, 'Maka sesungguhnya perbuatan itu bisa di harapkan pengampunannya', yakni maksiat, 'Setiap maksiat', yang timbul, 'Dari kesombongan', yakni mengaku lebih utama, 'Maka sesungguhnya perbuatan itu tidak bisa di harap ampunannya, karena maksiatnya iblis itu adalah asalnya', yakni maksiat, 'Dari kesombongan', yang menganggap bahwa iblis lebih baik dari pada pemimpin kita adam, 'Dan', karena 'Tergelincirnya', pemimpin kita adam 'alaihis salam, 'Asalnya adalah dari syahwat atau keinginan', dengan sebab keinginannya untuk merasakan buah pohon syahwat yang di larang darinya.

والمقالة العلشرة [ عن بعض الزهاد ] وهم الذين احتقروا الدنيا ولم يبالوا بها بل أخذوا منها قدر ضرورتهم [ من أذنب ذنبا ] أي تحمله [ وهو يضحك ] أي والحال أنه يفرح بتحمله [ فإن الله يدخله النار وهو يبكي ] لأن حقه أن يندم ويستغفر الله تعالى لذلك [ ومن أطاع وهو يبكي ] حياء من الله تعالى وخوفا منه تعالى على تقصيره في تلك الطاعة [ فإن الله تعالى يدخله الجنة وهو يضحك ] أي يفرح غاية الفرح لحصول مطلوبه وهو عفو الله تعالى.

Dan Maqalah yang Kesepuluh : Dari sebagian ahli-ahli zuhud, yang mana mereka adalah orang-orang yang meremehkan dunia dan tidak memperdulikannya, bahwa mereka mengambil dari dunia sesuai dengan kebutuhan mereka, 'Barangsiapa yang berbuat dosa', yakni memikul beban dosa, 'Dalam keadaan dia tertawa', yakni dalam keadaan dia gembira dengan memikul beban dosa itu, 'Maka sesungguhnya Allah akan memasukannya ke neraka, dalam keadaan dia menangis', karena haknya orang itu adalah dia menyesal dan meminta ampun kepada Allah ta'ala karena perbuatan itu, 'Dan barangsiapa dia mentaati Allah dalam keadaan dia menangis', karena malu dari Allah ta'ala dan takut dari Allah ta'ala atas kekurangannya dalam ketaatan itu, 'Maka sesungguhnya Allah ta'ala akan memasukannya ke dalam surga, dalam keadaan dia tertawa', yakni dia gembira dengan sangat gembira karena dia mendapatkan apa yang di tuntutnya yaitu ampunan Allah ta'ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar