Sabtu, 23 Februari 2019

babu tsuna-i maqalah kesebelas s/d kelima belas - syarah nashaihul 'ibad.


Muraja’ah Kitab Nashaihul 'Ibad Karya Asy Syaikh Syihabuddin Ahmad bin Hajar Al 'Asqolani rahimahullahu ta'ala :

@ngajikitabnashaihulibad/S=0006/klik.


والمقالة الحادية عشرة [ عن بعض الحكماء ] أي الأولياء [ لا تحقروا الذنوب الصغار ] أي لا تعدوها صغارا [ فإنها تتشعب منها الذنوب الكبار ] وأيضا ربما يكون غضب الله تعالى في تلك الصغار.

Dan Maqalah yang Kesebelas : 'Dari sebagian Orang-Orang yang Arif Bijaksana', yakni para wali, 'Janganlah kalian meremehkan dosa-dosa kecil', yakni janganlah kalian menghitungnya sebagai dosa kecil, 'Maka sesungguhnya cabang-cabang dari dosa kecil adalah dosa-dosa besar', dan juga bisa terjadi marahnya Allah di dalam dosa-dosa kecil itu.

والمقالة الثانية عشرة : عن النبي صلى الله عليه وسلم : [ لا صغيرة مع الإصرار ] فإنها بالمواظبة عليها تعظيم فتصير كبيرة ، وأيضا إنها على عزم استدامتها تصير كبيرة فإن نية المرء في المعاصي كانت معصية [ ولا كبيرة مع الإستغفار ] أي التوبة بشروطها فإن التوبة تمحو أثر الخطيئة وإن كانت كبيرة ، روي هذا الحديث الديلمي عن ابن عباس لكن بتقديم الجملة الأخيرة عن الأولى.

Dan Maqalah yang Keduabelas : Dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam : 'Tidak ada dosa kecil bersama itu di lakukan dengan terus menerus', maka sesungguhnya dosa kecil itu dengan membiasakan melakukannya bisa jadi besar maka dosa kecil itu menjadi besar, dan juga sesungguhnya dosa kecil itu dengan berniat melanggengkannya atau melakukan secara terus, dosa kecil itu menjadi dosa besar, maka sesungguhnya niat seseorang itu dalam perbuatan-perbuatan maksiat itu adalah maksiat, 'Dan tidak ada dosa besar bersamaan dengan meminta ampun', yakni taubat dengan syarat-syaratnya taubat, maka sesungguhnya taubat itu bisa menghapus bekasnya kesalahan, meskipun kesalahan itu besar, imam addailami meriwayatkan hadis ini dari ibnu abbas akan tetapi dengan mendahulukan kalimat yang akhir dari yang pertama.

والمقالة الثالثة عشرة ( قيل : هم العارف الثناء ) أي مراد العارف بالله الثاء على الله تعالى بجميل صفاته ( وهم الزاهد الدعاء ) أي مراد المعرض عن الزائد على قدر الحاجة من الدنيا بقلبه الدعاء وهو التضرع إلى الله تعالى بسؤال ما عنده من الخير( لأن هم العارف ربه ) لا الثواب ولا الجنة ( وهم الزاهد نفسه ) أي منفعة نفسه من الثواب والجنة ففرق بين من همته الحور وهمته رفع الستور.

Dan Maqalah yang Ketigabelas :  [dikatakan : pikiran orang yang makrifat, yaitu pujian] yakni yang di inginkan orang yang mengenal kepada Allah itu pujian kepada Allah ta'ala dengan keindahan sifat-sifat Allah [dan pikiran orang yang zuhud, yaitu doa] yakni keinginan orang yang berpaling dari berlebihan di atas ukuran hajat dari dunia dengan hatinya adalah berdoa, dan doa itu adalah merendahkan diri kepada Allah ta'ala dengan meminta apa yang ada di sisinya dari kebaikan [karena sesungguhnya pikirannya orang yang kenal kepada Tuhannya] tidak berpikir pahala dan tidak berpikir pula surga [dan pikiran orang yang zuhud adalah dirinya sendiri] manfaat diri sendiri dari pahala dan surga, maka beda antara pikirannya itu bidadari dan pikirannya orang itu tersingkap takbir alam malakut.

والمقالة الرابعة عشرة [ عن بعض الحكماء ] أي أطباء القلوب وهم الأولياء [ من توهم أن له وليا أولى من الله قلت معرفته بالله ] والمعنى من ظن أن له ناصرا أقرب من الله وأكثر نصرته منه فإنه لم يعرف الله تعالى [ ومن توهم أن له عدوا أعدى من نفسه قلت معرفته بنفسه ] أي ومن ظن أن له عدوا أقوى من نفسه الأمارة واللوامة فإنه لم يعرف نفسه.

Dan Maqalah yang Keempatbelas : [dari sebagian alhukama] yaitu dokter-dokternya hati dan mereka itu adalah para wali [barangsiapa yang menggangap bahwa kepunyaannya ada kekasih yang lebih utama daripada Allah maka sedikit pengenalannya kepada Allah] dan maknanya adalah barangsiapa yang menyangka bahwa kepunyaannya ada penolong yang lebih dekat dari Allah dan lebih banyak pembelaannya darinya maka sesungguhnya dia belum kenal Allah ta'ala [dan barangsiapa yang menduga bahwa kepunyaannya ada musuh yang lebih memusuhi daripada dirinya sendiri, maka sedikit pengenalannya dengan dirinya sendiri] yakni dan barangsiapa yang menyangka bahwa kepunyaannya musuh yang lebih kuat daripada nafsunya, yaitu nafsu amarah: nafsu yang selalu perintah dan mengajak jelek dan nafsu lawamah: nafsu yang bila dia mau berbuat baik maka di cela, maka sesungguhnya dia belum kenal dirinya sendiri.

والمقالة الخامسة عشرة [ عن أبي بكر الصديق رضي الله عنه في قوله تعالى – ظهر الفساد في البر والبحر - قال ] أي أبو بكر في تفسير ذلك [ البر هو اللسان واالبحر هو القلب فإذا فسد اللسان ] بالسب مثلا [ بكت عليه النفوس ] أي الأشخاص من بني آدم [ وإذا فسد القلب ] بالرياء مثلا [ بكت عليه الملائكة ] فإنما شبه القلب بالبحر لشدة عمقه واتساعه.

Dan Maqalah yang Kelima Belas [dari abu bakar ash shiddiq semoga Allah meridhainya di dalam firman Allah ta’ala – telah jelas kerusakan di dalam daratan dan lautan – beliau berkata] yaitu abu bakar dalam menafsirkan firman Allah ta’ala itu [daratan maksudnya adalah lisan dan lautan maksudnya adalah hati maka apabila telah rusak lisan] dengan mencela umpamanya [menangis atas lisan jiwa-jiwa itu] yakni orang-orang dari bani adam [dan apabila telah rusak hati itu] dengan riya atau pamer sebagai contoh [menagis atas hati malaikat itu] maka sesungguhnya tidak lain hati itu di serupakan dengan lautan karena sangat dalamnya hati dan luasnya hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar