Kitab
Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan Karya Al 'Alamah Asy
Syaikh 'Abdur rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullahu ta'ala.
|
@ngajikitabtafsirassa’di/S=0002/klik.
|
[تفسير سورة البقرة وهي مدنية]: [1-5]: [بسم الله
الرحمن الرحيم الم * ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين * الذين يؤمنون بالغيب
ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون * والذين يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من
قبلك وبالآخرة هم يوقنون * أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم المفلحون] تقدم
الكلام على البسملة ، وأما الحروف المقطعة فى أوائل السور ، فالأسلم فيها السكوت
عن التعرض لمعناها من غير مستند شرعي مع الجزم بأن الله تعالى لم ينزلها عبثا بل
لحكمة لا نعلمها.
|
[Tafsir surat Al-Baqarah dan surat ini adalah
Madaniyyah, yaitu surat yang di turunkan di kota madinah]: [1-5]: [dengan
nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Alif lam miim * itu adalah
kitab yang tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang
bertaqwa * yaitu orang-orang yang mereka beriman dengan yang ghaib dan
orang-orang yang menegakan shalat dan dari sebagian apa yang Allah
anugerahkan kepada mereka, mereka menafkahkan * dan orang-orang yang mereka
beriman dengan apa yang di turunkan kepadamu dan apa yang di turunkan dari
orang yang sebelummu dan dengan akherat, mereka orang-orang yang yakin *
mereka itu di atas petunjuk dari rabb mereka dan mereka itu orang-orang yang
beruntung] telah lewat pembicaraan tentang masalah basmalah, Adapun huruf-huruf
yang terpisah di awal-awal surat maka yang paling selamat adalah diam untuk
membeberkan terhadap maknanya tanpa adanya sandaran syari’at dengan keyakinan
yang pasti bahwa Allah ta’ala tidak menurunkannya tanpa arti bahkan ada
hikmah di balik itu yang tidak kita ketahui.
|
وقوله : [ذلك الكتاب]
أي : هذا الكتاب العظيم الذي هو الكتاب على الحقيقة ، المشتمل على ما لم تشتمل
عليه كتب المتقدمين والمتأخرين من العلم العظيم ، والحق المبين ، ف [لا ريب فيه]
ولا شك بوجه من الوجوه ، ونفى الريب عنه يستلزم ضده ، إذ ضد الريب والشك اليقين
، فهذا الكتاب مشتمل على علم اليقين المزيل للشك والريب ، وهذه قاعدة مفيدة أن
النفي المقصود به المدح لابد أن يكون متضمنا لضده ، وهو الكمال ، لأن النفي عدم
، والعدم المحض لا مدح فيه.
|
Dan firman Allah ta’ala [dzaalikal kitaabu: itu adalah
kitab] yakni ini adalah kitab yang mulia yang dia adalah kitab yang
sebenarnya yang tercakup di dalamnya apa yang tidak tercakup pada kitab-kitab
yang terdahulu dan setelahnya, terkandung ilmu yang agung dan kebenaran yang
nyata, maka [laa raiba fiihi: tidak ada keraguan padanya] dan tidak ada
keraguan dari sisi manapun, dan dinafikannya keraguan padanya mengharuskan
lawannya, karena lawannya keraguan adalah keyakinan, maka kitab ini
terkandung di dalamnya ilmu yang meyakinkan yang akan menghilangkan segala keraguan,
dan ini adalah kaidah yang sangat berfaedah, bahwa pujian dengan cara
penafian pasti akan di sebutkan penetapan lawannya, yaitu kesempurnaan karena
penafian saja itu adalah peniadaan, dan peniadaan semata itu bukan pujian.
|
فلما اشتمل على اليقين وكانت الهداية لا تحصل
الا باليقين ، قال : [هدى للمتقين] والهدى : ما تحصل به الهداية من الضلال
والشبه ، وما به الهداية الى سلوك الطريق النافعة ، وقال : [هدى] وحذف المعمول ،
فلم يقل هدى للمصلحة الفلانية ، ولا لشيء الفلاني لإرادة العموم وأنه هدى لجميع
مصالح الرارين فهو مرشد للعباد فى المسائل الأصولية والفروعية ومبين للحق من
الباطل ، والصحيح من الضعيف ومبين لهم كيف يسلكون الطرق النافعة لهم فى دنياهم
وأخراهم.
|
Maka ketika tercakup dalam ayat ini tentang keyakinan
dan hidayah tidak mungkin bisa membimbing tanpa keyakinan, Allah berfirman :
[hudan lil muttaqiin<a>: sebagai hidayah bagi orang-orang yang
bertaqwa] dan kata alhuda adalah sesuatu yang bisa di hasilkan dengannya
hidayah dari kesesatan dan subhat, dan sesuatu yang di hasilkan dengannya
hidayah kepada jalan yang bermanfaat, dan Allah berfirman : [hudan: hidayah]
dan di hilangkan yang di kenai pekerjaan maka tidak di sebutkan bimbingan
untuk kebaikan perorangan dan tidak untuk sesuatu yang bersifat perorangan,
karena ada tujuan umum, dan bahwasannya dia itu membimbing untuk semua
kebaikan di dua tempat, yakni di dunia dan akhirat maka Alqur’an merupakan
bimbingan kepada para hamba untuk masalah yang usul dan cabang-cabangnya, dan
menjelaskan mana yang hak dari yang batil, dan yang shahih dari yang lemah, dan
menjelaskan kepada mereka mana jalan yang harus di jalani yang bermanfaat
baginya, untuk mendapatkan dunianya dan akhiratnya.
|
وقال فى موضع آخر :
[هدى للناس] فعمم ، وفى هذا الموضع وغيره [هدى للمتقين] لأنه فى نفسه هدى لجميع
الخلق ، فالأشقياء لم يرفعوا به رأسا ، ولم يقبلوا هدى الله ، فقامت عليهم به
الحجة ولم ينتفعوا به لشقائهم وأما المتقون الذين أتوا بالسبب الأكبر لحصول
الهداية وهو التقوى التى حقيقتها : اتخاذ ما يقى سخط الله وعذابه بامتثال اوامره
واجتناب النواهى فاهتدوا به ، وانتفعوا غاية الإنتفاع ، قال تعالى : [يا أيها
الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا] فالمتقون هم المنتفعون بالآيات
القرآنية والآيات الكونية.
|
Dan Allah katakan di tempat lain [hudan
linnaas<i>: petunjuk bagi manusia] maka dalam ayat ini di sebutkan
secara umum, dan dalam tempat ini dan selainnya [hudan
lil-muttaqiin<a>: petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa] karena
Alqur’an itu pada dzatnya itu petunjuk bagi seluruh makhluk, maka orang-orang
yang yang celaka tidak pernah memperdulikan bimbingan Alqur’an, dan mereka
tidak mau menerima bimbingan Allah, maka tegaklah hujah atas mereka, dan
mereka tidakbisa mengambil manfaat dengannya karena jahatnya mereka, dan
adapun orang-orang yang bertaqwa yang menjalankan sebab-sebab yang besar
untuk mendapatkan hidayah, yaitu taqwa yang hakikatnya adalah : Melindungi
diri dari kemurkaan Allah dan adzab Allah dengan mentaati
perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya maka akhirnya mereka
terbimbing dengannya, dan mereka mendapatkan manfaat setinggi-tinggi manfaat,
Allah ta’ala berfirman : [wahai orang-orang yang beriman, jika kalian
bertaqwa kepada Allah, dia jadikan untuk kalian pembeda antara hak dan batil]
maka orang-orang yang bertaqwalah, mereka adalah orang-orang yang bisa
mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alqur’an dan ayat-ayat kauniyah, yakni
ayat-ayat yang Allah taqdirkan ini.
|
ولأن الهداية نوعان :
هداية البيان وهداية التوفيق ، فالمتقون حصلت لهم الهدايتان وغيرهم لم تحصل لهم
هداية التوفيق وهداية البيان بدون توفيق للعمل بها ليست هداية حقيقة تامة.
|
Dan karena hidayah itu ada dua yaitu hidayah yang
berbentuk penjelasan dan hidayah taufik, maka orang-orang yang bertakwa
mempunyai dua hidayah, dan selain mereka tidak mempunyai hidayah taufik, dan
hidayah yang berbentuk penjelasan dengan tanpa taufik untuk mengamalkan
dengannya, bukan hidayah yang sebenarnya yang sempurna.
|
ثم وصف المتقين بالعقائد والأعمال الباطنة
والأعمال الظاهرة ، لتضمن التقوى لذلك ، فقال : [الذين يؤمنون بالغيب] حقيقة
الإيمان : هو التصديق التام بما أخبرت به الرسل ، المتضمن لإنقياد الجوارج ،
وليس الشأن فى الإيمان بالأشياء المشاهدة بالحس ، فإنه لايتميز بها المسلم من
الكافر ، إنما الشأن فى الإيمان بالغيب الذي لم نره ولم نشاهده ، وإنما نؤمن به
لخبر الله وخبر رسوله ، فهذا الإيمان الذي يميز به المسلم من الكافر ، لأنه
تصديق مجرد لله ورسله ، فالمؤمن يؤمن بكل ما أخبر الله به أو أخبر به الرسل ،
سواء شاهده أو لم يشاهده وسواء فهمه وعقله أو لم يهتد اليه عقله وفهمه ، بخلاف
الزنادقة المكذبين للأمور الغيبية ، لأن عقولهم القاصرة المقصرة لم تهتد اليها
فكذبوا بما لم يحيطوا بعلمه ، ففسدت عقولهم ومرجت احلامهم وزكت عقول المؤمنين
المصدقين بهدى الله.
|
Kemudian Allah dalam ayat ini menggambarkan orang-orang
yang bertakwa dengan akidah-akidah dan amalan-amalan bathin dan amalan-amalan
dhohir, karena ketakwaan itu mengandung hal itu, maka Allah berfirman :
[yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghoib] hakikat iman adalah
membenarkan dengan pembenaran yang sempurna dengan apa yang di khabarkan
dengannya oleh para rasul, yang berkonsekwensi terikatnya anggota badan, dan
tidak ada kepentingan dalam masalah keimanan dengan perkara-perkara yang di
saksikan dengan indera, maka sesungguhnya dia itu tidak ada bedanya antara
seorang mukmin dengan orang kafir, dan sesungguhnya yang membedakan antara
muslim dan kafir adalah masalah iman dengan yang ghaib, yang kita belum bisa
melihatnya dan belum bisa meyaksikannya, dan sesungguhnya kita beriman
dengannya karena berita dari Allah dan berita dari rasulnya, maka inilah
keimanan yang membedakan dengannya seorang muslim dari orang kafir, karena
sesungguhnya itu adalah kepercayaan penuh apa kata Allah dan apa kata rasul,
maka seorang muslim beriman dengan semua apa yang di khabarkan oleh Allah
atau semua apa yang di khabarkan oleh utusannya, sama saja apakah mereka
menyaksikannya atau mereka tidak menyaksikannya, sama saja dia bisa fahami
dengan pemahamannya dan dia bisa fahami dengan akalnya, atau akalnya tidak
bisa menghantarkannya dan tidak bisa di fahami, berbeda dengan pemahaman para
zindiq dan para pendusta terhadap perkara-perkara ghaib karena akal mereka
dangkal, pendek sehingga mereka tidak bisa memahami, maka mereka mendustakan
dengan apa yang mereka tidak mampu memahaminya, maka rusaklah akal-akal
mereka dan kacaulah akal pikiran mereka, dan akal-akal orang beriman terjaga,
yang mereka orang-orang yang percaya, yang mendapat hidayah dengan hidayah
Allah.
|
ويدخل فى الإيمان
بالغيب الإيمان بجميع ما أخبر الله به من الغيوب الماضية والمستقبلة وأحوال
الآخرة وحقائق أوصاف الله وكيفيتها ، وما أخبرت به الرسل من ذلك فيؤمنون بصفات
الله ووجودها ويتيقنونها وإن لم يفهموا كيفيتها.
|
Dan masuk ke dalam iman kepada yang ghoib adalah iman
dengan seluruh apa yang di beritakan Allah yang merupakan hal-hal yang ghoib,
apakah yang sudah lewat atau yang akan datang, dan berita-berita tentang
akhirat dan percaya tentang hakikat-hakikat sifat-sifat Allah dan caranya,
dan apa yang di khabarkan tentang hal itu oleh para rasul maka mereka beriman
dengan sifat-sifat Allah dan keberadan sifat-sifat Allah dan mereka
meyakininya, walaupun tidak mengetahui caranya.
|
ثم قال : [ويقيمون
الصلاة] لم يقل : يفعلون الصلاة أو يأتون بالصلاة ، لأنه لايكفي فيها مجرد
الإتيان بصورتها الظاهرة فإقامة الصلاة ، إقامتها ظاهرا بإتمام أركانها
وواجباتها وشروطها وإقامتها باطنا بإقامة روحها وهو حضور القلب فيها وتدبر ما
يقوله ويفعله منها ، فهذه الصلاة هي التي قال الله فيها : [إن الصلاة تنهى عن
الفحشاء والمنكر] وهي التي يترتب عليها الثواب فلا ثواب للإنسان من صلاته الا ما
عقل منها ويدخل فى الصلاة فرائضها ونوافلها.
|
Kemudian Allah berfirman : [wa yuqiimuunash shalaata:
dan orang-orang yang menegakan sholat] Allah tidak berfirman : mengerjakan
sholat atau mendatangi sholat, karena tidak cukup hanya mewujudkan sholat
secara bentuknya saja yang dhohir maka menegakan sholat maksudnya
menegakannya secara dhohir dengan mewujudkan semua rukun-rukunnya, dan
kewajiban-kewajibannya, dan semua syarat-syarat sholat, dan menegakan sholat
secara bathin maksudnya adalah dengan menegakan ruhnya sholat yaitu hadirnya
jiwa di dalam sholat, dan memahami apa yang di bacanya dan yang di
kerjakannya, maka yang seperti inilah sholat yang Allah berfirman di dalamnya
: [sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar] sholat yang
sah adalah sholat yang mengakibatkan atasnya pahala, maka sholat seorang
tidak ada nilainya kecuali yang di hadiri akalnya darinya, dan termasuk di
dalam sholat adalah sholat yang wajibnya dan sunahnya.
|
ثم قال : [ومما رزقناهم
ينفقون] يدخل فيه النفقات الواجبات كالزكاة ، والنفقة على الزوجات والأقارب
والمماليك ونحو ذلك والنفقات المستحبة بجميع طرق الخير ، ولم يذكر المنفق عليه ،
لكثرة أسبابه وتنوع أهله ولأن النفقة من حيث هي قربة إلى الله وأتى ب [من] الدالة
على التبعيض لينبههم أنه لم يرد منهم إلا جزءا يسيرا من أموالهم ، غير ضار لهم
ولا مثقل بل ينتفعون هم بإنفاقه وينتفع به إحوانهم.
|
Kemudian Allah berfirman : [wa mimmaa razaqnaahum
yunfiquun<a>: dan sebagian apa yang Allah anugerahkan kepada mereka,
mereka infaqkan] termasuk di dalamnya menginfaqkan harta yang wajib seperti
zakat, dan nafkah untuk istri dan kerabat dan budak dan yang semisal itu, dan
termasuk di dalamnya nafkah-nafkah yang sifatnya anjuran pada semua
macam-macam jalan kebaikan, dan tidak di sebut apa yang di nafkannya karena
banyaknya sebab-sebab dan bermacam-macamnya orang yang berhak, karena nafkah
itu adalah sebuah cara mendekatkan diri kepada Allah dan di tambah
dengan [kata min] menunjukan atas sebagian, ini
mengingatkan mereka bahwasannya Allah tidak menghendaki dari mereka kecuali
sebagian kecil dari harta mereka, tanpa memudhorotkan bagi mereka dan tidak
memberatkan bahwa mereka akan mendapatkan manfaat dengan nafkahnya mereka dan
bermanfaat dengannya bagi saudara-saudaranya.
|
وفى قوله : [رزقناهم]
إشارة إلى أن هذه الأموال التى بين أيديهم ، ليست حاصلة بقوتكم وملككم وإنما هي
رزق الله الذي خولكم وأنعم به عليكم فكما أنعم عليكم وفضلكم على كثير من عباده
فاشكروه بإخراج بعض ما أنعم به عليكم وواسوا إخوانكم المعدمين.
|
Dan dalam firman-Nya : [razaqnaahum: yang kami rizkikan
kepada kalian] ada isyarat bahwa harta-harta ini yang ada di hadapan kalian
bukan hasil jerih payah kalian dan milik-milik kalian, dan sesungguhnya tidak
lain itu adalah rezki Allah yang di berikan kepada kalian dan yang Allah
berikan kenikmatan dengannya atas kalian, maka sebagaimana Allah beri
kenikmatan kepada kalian dan Allah lebihkan kalian atas kebanyakan dari
hamba-hambanya maka bersyukurlah kepada-Nya dengan mengeluarkan apa yang
Allah telah berikan dengannya atas kalian da mencukupi saudara-saudara kalian
yang tidak punya.
|
وكثيرا ما يجمع تعالى
بين الصلاة والزكاة فى القرآن ، لأن الصلاة متضمنة للإخلاص للمعبود ، والزكاة
والنفقة متضمنة للإحسان على عبيده ، فعنوان سعادة العبد إخلاصه للمعبود وسعيه فى
نفع الخلق كما أن عنوان شقاوة العبد عدم هذين الأمرين منه فلا إخلاص ولا إحسان.
|
Dan seringkali Allah mengiringkan antara sholat dan
zakat di dalam Alqur’an karena dalam sholat ada keikhlasan kepada dzat yang
di ibadahi, dan zakat dan nafaqah itu ada perbuatan baik kepada hambanya,
maka tanda kebahagiaan seorang hamba adalah keikhlasannya kepada Allah dan
upayanya memberi manfaat kepada manusia sebagaimana tanda celakanya seorang
hamba adalah tidak adanya dua perkara ini darinya maka tidak ada keikhlasan
dan tidak ada perbuatan baik.
|
ثم قال : [والذين
يؤمنون بما أنزل اليك] وهو القرآن والسنة ، قال تعالى : [وأنزل الله عليك الكتاب
والحكمة] فالمتقون يؤمنون بجميع ما جاء به الرسل ولا يفرقون بين بعض ما أنزل
اليه ، فيؤمنون ببعضه ، ولا يؤمنون ببعضه ، إما بجحده أو تأويله على غير مراد
الله ورسوله ، كما يفعل ذلك من يفعله من المبتدعة ، الذين يؤولون النصوص الدالة
على خلاف قولهم ، بما حاصله عدم التصديق بمعناها ، وإن صدقوا بلفظها فلم يؤمنوا
بها إيمانا حقيقيا.
|
Kemudian Allah berfirman : [walladziina yu’minuuna
bimaa unzila ilaika: dan orang-orang yang beriman dengan apa yang di turunkan
kepadamu] yaitu Alqur’an dan Assunnah, Allah ta’ala berfirman : [dan Allah
turunkan kepadamu Alkitab dan Alhikmah] maka yang namanya muttaqiin adalah
orang-orang yang beriman dengan seluruh apa yang di bawa oleh para rasul dan
tidak membeda-bedakan antara sebagian apa yang di turunkan kepadanya, maka
mereka beriman dengan sebagiannya dan mereka tidak beriman dengan
sebagiannya, apakah dia menolak dengan menentang atau menolak dengan takwil
kepada kalimat yang bukan makna yang di maukan oleh Allah dan rasul-Nya,
seperti yang di lakukan oleh orang yang yang melakukannya dari kalian ahlul
bid’ah, yang mereka mentakwilkan makna-makna ayat kepada yang menyelisihi
perkataan mereka, dengan apa yang hasilnya adalah mereka menolak makna ayat,
meskipun mereka percaya lafadznya maka mereka tidak beriman dengannya dengan
iman secara hakiki.
|
وقوله : [وما أنزل من قبلك] يشمل الإيمان
بجميع الكتب السابقة ، ويتضمن الإيمان بالكتب الإيمان بالرسل وبما اشتملت عليه ،
خصوصا التورة والإنجيل والزبور ، وهذه خاصية المؤمنين يؤمنون بجميع الكتب
السماوية كلها ، وبجميع الرسل فلا يفرقون بين أحد منهم.
|
Dan firman-Nya : [wa maa unzila min qablika: dan
beriman apa yang di turunkan pada orang-orang sebelummu] mengandung keimanan
dengan semua kitab-kitab yang terdahulu, tentunya beriman dengan kitab-kitab
yang terdahulu berarti beriman dengan para rasul, dan apa yang terkandung di
dalamnya dari Allah, terkhususkan adalah taurat, dan injil. dan zabur dan ini
adalah keistimewaan kaum mukminin yang mereka beriman dengan semua
kitab-kitab yang di turunkan oleh Allah dari langit, dan beriman dengan
seluruh para rasul maka mereka tidak membeda-bedakan di antara seorangpun
dari mereka.
|
ثم قال : [وبالآخرة هم
يوقنون] و[الآخرة] اسم لما يكون بعد الموت ، وخصه بالذكر بعد العموم ، لأن
الإيمان باليوم الآخر أحد أركان الإيمان ، ولأنه أعظم باعث على الرغبة والرهبة
والعمل و[اليقين] : هو العلم التام الذي ليس فيه أدنى شك ، والموجب للعمل.
|
Kemudian Allah berfirman : [wa bil aakhirati hum
yuuqinuun<a>: dan terhadap akhirat mereka beriman] dan [kata akhirat]
adalah nama dari semua apa yang terjadi setelah mati, dan di sebutkan secara
khusus setelah menyebutkan yang umum, karena iman dengan hari akhir adalah
salah satu dari rukun-rukun iman, dan iman pada hari akhir adalah
sebesar-besar faktor yang mendorong untuk takut, dan semangat, dan pendorong
untuk beramal, dan [yakin] maknanya adalah ilmu yang paling sempurna, yang
tidak ada keraguan serendah-rendah keraguan, dan mengharuskan untuk beramal.
|
[اولئك] أي : الموصوفون بتلك الصفات الحميدة [على هدى
من ربهم] أي : على هدى عظيم ، لأن التنكير للتعظيم ، وأي هداية أعظم من تلك
الصفات المذكورة المتضمنة للعقيدة الصحيحة والأعمال المستقيمة ، وهل الهداية
الحقيقة الا هدايتهم وما سواها مما خالفها فهو ضلالة.
|
[ulaaika: mereka itu] yaitu : mereka itu yang di sifati
dengan sifat-sifat yang terpuji [‘alaa hudan min rabbihim: di atas petunjuk
dari Tuhan mereka] yaitu : di atas petunjuk yang agung, karena bentuk nakirah
untuk pengagungan, dan hidayah mana yang lebih agung dari sifat-sifat yang di
sebutkan tadi mengandung akidah yang benar dan amalan-amalan yang lurus, dan
tidaklah hidayah yang sebenarnya kecuali hidayah mereka dan apa yang
selainnya pada apa yang menyelisihinya maka itu kesesatan.
|
وأتى ب [على] فى هذا
الموضع ، الدالة على الإستعلاء وفى الضلالة يأتى ب [فى] كما فى قوله : [وإنا أو
إياكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين] لأن صاحب الهدى مستعمل بالهدى ، مرتفع به ،
وصاحب الضلال منغمس فيه محتقر.
|
Dan di datangkan dengan [lafadz ‘alaa: di atas] pada
tempat ini, yang menunjukan tinggi di atasnya dan ketika bicara tentang
kesesatan, Allah datangkan dengan [kalimat fii: di dalam] sebagaimana di
sebutkan dalam firman-Nya : [wa innaa au iyyakum la’alaa hudan au fii
dhalaalin mubiin<in>: dan kami atau kalian yang berada di atas hidayah
atau dalam kesesatan yang nyata] karena yang mendapatkan petunjuk itu tinggi
dengan petunjuk itu, dia di angkat dengan hidayah, dan orang yang sesat dia
terjerumus di dalamnya dalam keadaan hina.
|
ثم قال : [وأولئك هم
المفلحون] والفلاح هو الفوز بالمطلوب والنجاة من المرهوب ، حصر الفلاح فيهم ،
لأنه لا سبيل إلى الفلاح الا بسلوك سبيلهم ، وما عدا تلك السبيل فهى سبل الشقاء
والهلاك والخسار التى تفضي بسالكها الى الهلاك ، فلهذا لما ذكر صفات المؤمنين
حقا ، ذكر صفات الكفار المظهرين لكفرهم ، المعاندين للرسول ، فقال :
|
Kemudian Allah berfirman : [wa ulaaika humul
muflihuun<a>: dan mereka orang-orang yang beruntung] dan kata alfalah
maknanya adalah berhasil mendapatkan apa yang di inginkan dan selamat dari
apa yang di takutkan, berarti alfalah Allah khususkan untuk mereka, karena
tidak ada jalan untuk dapat keberuntungan kecuali dengan menjalani
jalan-jalan mereka, dan adapun selain jalan itu adalah jalan-jalan
kesengsaraan, dan kebinasaan, dan kerugian yang akan melemparkan pelakunya
dalam kebinasaan maka setelah Allah menggambarkan sifat-sifat orang-orang
beriman yang benar, Allah gambarkan sifat orang-orang kafir yang menampakan
terhadap kekafiran mereka, mereka menentang kepada rasul, maka Allah
berfirman :
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar