Jumat, 08 Februari 2019

tafsir surat albaqarah ayat 1 s/d 5 - tafsir assa'di.


Kitab Taisirul Karimur Rahman Fii Tafsiril Kalamil Mannan Karya Al 'Alamah Asy Syaikh 'Abdur rahman bin Nashir As Sa'di rahimahullahu ta'ala.

@ngajikitabtafsirassa’di/S=0002/klik.

[تفسير سورة البقرة وهي مدنية]: [1-5]: [بسم الله الرحمن الرحيم الم * ذلك الكتاب لا ريب فيه هدى للمتقين * الذين يؤمنون بالغيب ويقيمون الصلاة ومما رزقناهم ينفقون * والذين يؤمنون بما أنزل إليك وما أنزل من قبلك وبالآخرة هم يوقنون * أولئك على هدى من ربهم وأولئك هم المفلحون] تقدم الكلام على البسملة ، وأما الحروف المقطعة فى أوائل السور ، فالأسلم فيها السكوت عن التعرض لمعناها من غير مستند شرعي مع الجزم بأن الله تعالى لم ينزلها عبثا بل لحكمة لا نعلمها.

[Tafsir surat Al-Baqarah dan surat ini adalah Madaniyyah, yaitu surat yang di turunkan di kota madinah]: [1-5]: [dengan nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, Alif lam miim * itu adalah kitab yang tidak ada keraguan padanya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa * yaitu orang-orang yang mereka beriman dengan yang ghaib dan orang-orang yang menegakan shalat dan dari sebagian apa yang Allah anugerahkan kepada mereka, mereka menafkahkan * dan orang-orang yang mereka beriman dengan apa yang di turunkan kepadamu dan apa yang di turunkan dari orang yang sebelummu dan dengan akherat, mereka orang-orang yang yakin * mereka itu di atas petunjuk dari rabb mereka dan mereka itu orang-orang yang beruntung] telah lewat pembicaraan tentang masalah basmalah, Adapun huruf-huruf yang terpisah di awal-awal surat maka yang paling selamat adalah diam untuk membeberkan terhadap maknanya tanpa adanya sandaran syari’at dengan keyakinan yang pasti bahwa Allah ta’ala tidak menurunkannya tanpa arti bahkan ada hikmah di balik itu yang tidak kita ketahui.

وقوله : [ذلك الكتاب] أي : هذا الكتاب العظيم الذي هو الكتاب على الحقيقة ، المشتمل على ما لم تشتمل عليه كتب المتقدمين والمتأخرين من العلم العظيم ، والحق المبين ، ف [لا ريب فيه] ولا شك بوجه من الوجوه ، ونفى الريب عنه يستلزم ضده ، إذ ضد الريب والشك اليقين ، فهذا الكتاب مشتمل على علم اليقين المزيل للشك والريب ، وهذه قاعدة مفيدة أن النفي المقصود به المدح لابد أن يكون متضمنا لضده ، وهو الكمال ، لأن النفي عدم ، والعدم المحض لا مدح فيه.

Dan firman Allah ta’ala [dzaalikal kitaabu: itu adalah kitab] yakni ini adalah kitab yang mulia yang dia adalah kitab yang sebenarnya yang tercakup di dalamnya apa yang tidak tercakup pada kitab-kitab yang terdahulu dan setelahnya, terkandung ilmu yang agung dan kebenaran yang nyata, maka [laa raiba fiihi: tidak ada keraguan padanya] dan tidak ada keraguan dari sisi manapun, dan dinafikannya keraguan padanya mengharuskan lawannya, karena lawannya keraguan adalah keyakinan, maka kitab ini terkandung di dalamnya ilmu yang meyakinkan yang akan menghilangkan segala keraguan, dan ini adalah kaidah yang sangat berfaedah, bahwa pujian dengan cara penafian pasti akan di sebutkan penetapan lawannya, yaitu kesempurnaan karena penafian saja itu adalah peniadaan, dan peniadaan semata itu bukan pujian.

فلما اشتمل على اليقين وكانت الهداية لا تحصل الا باليقين ، قال : [هدى للمتقين] والهدى : ما تحصل به الهداية من الضلال والشبه ، وما به الهداية الى سلوك الطريق النافعة ، وقال : [هدى] وحذف المعمول ، فلم يقل هدى للمصلحة الفلانية ، ولا لشيء الفلاني لإرادة العموم وأنه هدى لجميع مصالح الرارين فهو مرشد للعباد فى المسائل الأصولية والفروعية ومبين للحق من الباطل ، والصحيح من الضعيف ومبين لهم كيف يسلكون الطرق النافعة لهم فى دنياهم وأخراهم.

Maka ketika tercakup dalam ayat ini tentang keyakinan dan hidayah tidak mungkin bisa membimbing tanpa keyakinan, Allah berfirman : [hudan lil muttaqiin<a>: sebagai hidayah bagi orang-orang yang bertaqwa] dan kata alhuda adalah sesuatu yang bisa di hasilkan dengannya hidayah dari kesesatan dan subhat, dan sesuatu yang di hasilkan dengannya hidayah kepada jalan yang bermanfaat, dan Allah berfirman : [hudan: hidayah] dan di hilangkan yang di kenai pekerjaan maka tidak di sebutkan bimbingan untuk kebaikan perorangan dan tidak untuk sesuatu yang bersifat perorangan, karena ada tujuan umum, dan bahwasannya dia itu membimbing untuk semua kebaikan di dua tempat, yakni di dunia dan akhirat maka Alqur’an merupakan bimbingan kepada para hamba untuk masalah yang usul dan cabang-cabangnya, dan menjelaskan mana yang hak dari yang batil, dan yang shahih dari yang lemah, dan menjelaskan kepada mereka mana jalan yang harus di jalani yang bermanfaat baginya, untuk mendapatkan dunianya dan akhiratnya.

وقال فى موضع آخر : [هدى للناس] فعمم ، وفى هذا الموضع وغيره [هدى للمتقين] لأنه فى نفسه هدى لجميع الخلق ، فالأشقياء لم يرفعوا به رأسا ، ولم يقبلوا هدى الله ، فقامت عليهم به الحجة ولم ينتفعوا به لشقائهم وأما المتقون الذين أتوا بالسبب الأكبر لحصول الهداية وهو التقوى التى حقيقتها : اتخاذ ما يقى سخط الله وعذابه بامتثال اوامره واجتناب النواهى فاهتدوا به ، وانتفعوا غاية الإنتفاع ، قال تعالى : [يا أيها الذين آمنوا إن تتقوا الله يجعل لكم فرقانا] فالمتقون هم المنتفعون بالآيات القرآنية والآيات الكونية.

Dan Allah katakan di tempat lain [hudan linnaas<i>: petunjuk bagi manusia] maka dalam ayat ini di sebutkan secara umum, dan dalam tempat ini dan selainnya [hudan lil-muttaqiin<a>: petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa] karena Alqur’an itu pada dzatnya itu petunjuk bagi seluruh makhluk, maka orang-orang yang yang celaka tidak pernah memperdulikan bimbingan Alqur’an, dan mereka tidak mau menerima bimbingan Allah, maka tegaklah hujah atas mereka, dan mereka tidakbisa mengambil manfaat dengannya karena jahatnya mereka, dan adapun orang-orang yang bertaqwa yang menjalankan sebab-sebab yang besar untuk mendapatkan hidayah, yaitu taqwa yang hakikatnya adalah : Melindungi diri dari kemurkaan Allah dan adzab Allah dengan mentaati perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangannya maka akhirnya mereka terbimbing dengannya, dan mereka mendapatkan manfaat setinggi-tinggi manfaat, Allah ta’ala berfirman : [wahai orang-orang yang beriman, jika kalian bertaqwa kepada Allah, dia jadikan untuk kalian pembeda antara hak dan batil] maka orang-orang yang bertaqwalah, mereka adalah orang-orang yang bisa mengambil manfaat dengan ayat-ayat Alqur’an dan ayat-ayat kauniyah, yakni ayat-ayat yang Allah taqdirkan ini.

ولأن الهداية نوعان : هداية البيان وهداية التوفيق ، فالمتقون حصلت لهم الهدايتان وغيرهم لم تحصل لهم هداية التوفيق وهداية البيان بدون توفيق للعمل بها ليست هداية حقيقة تامة.

Dan karena hidayah itu ada dua yaitu hidayah yang berbentuk penjelasan dan hidayah taufik, maka orang-orang yang bertakwa mempunyai dua hidayah, dan selain mereka tidak mempunyai hidayah taufik, dan hidayah yang berbentuk penjelasan dengan tanpa taufik untuk mengamalkan dengannya, bukan hidayah yang sebenarnya yang sempurna.

ثم وصف المتقين بالعقائد والأعمال الباطنة والأعمال الظاهرة ، لتضمن التقوى لذلك ، فقال : [الذين يؤمنون بالغيب] حقيقة الإيمان : هو التصديق التام بما أخبرت به الرسل ، المتضمن لإنقياد الجوارج ، وليس الشأن فى الإيمان بالأشياء المشاهدة بالحس ، فإنه لايتميز بها المسلم من الكافر ، إنما الشأن فى الإيمان بالغيب الذي لم نره ولم نشاهده ، وإنما نؤمن به لخبر الله وخبر رسوله ، فهذا الإيمان الذي يميز به المسلم من الكافر ، لأنه تصديق مجرد لله ورسله ، فالمؤمن يؤمن بكل ما أخبر الله به أو أخبر به الرسل ، سواء شاهده أو لم يشاهده وسواء فهمه وعقله أو لم يهتد اليه عقله وفهمه ، بخلاف الزنادقة المكذبين للأمور الغيبية ، لأن عقولهم القاصرة المقصرة لم تهتد اليها فكذبوا بما لم يحيطوا بعلمه ، ففسدت عقولهم ومرجت احلامهم وزكت عقول المؤمنين المصدقين بهدى الله.

Kemudian Allah dalam ayat ini menggambarkan orang-orang yang bertakwa dengan akidah-akidah dan amalan-amalan bathin dan amalan-amalan dhohir, karena ketakwaan itu mengandung hal itu, maka Allah berfirman : [yaitu orang-orang yang beriman dengan yang ghoib] hakikat iman adalah membenarkan dengan pembenaran yang sempurna dengan apa yang di khabarkan dengannya oleh para rasul, yang berkonsekwensi terikatnya anggota badan, dan tidak ada kepentingan dalam masalah keimanan dengan perkara-perkara yang di saksikan dengan indera, maka sesungguhnya dia itu tidak ada bedanya antara seorang mukmin dengan orang kafir, dan sesungguhnya yang membedakan antara muslim dan kafir adalah masalah iman dengan yang ghaib, yang kita belum bisa melihatnya dan belum bisa meyaksikannya, dan sesungguhnya kita beriman dengannya karena berita dari Allah dan berita dari rasulnya, maka inilah keimanan yang membedakan dengannya seorang muslim dari orang kafir, karena sesungguhnya itu adalah kepercayaan penuh apa kata Allah dan apa kata rasul, maka seorang muslim beriman dengan semua apa yang di khabarkan oleh Allah atau semua apa yang di khabarkan oleh utusannya, sama saja apakah mereka menyaksikannya atau mereka tidak menyaksikannya, sama saja dia bisa fahami dengan pemahamannya dan dia bisa fahami dengan akalnya, atau akalnya tidak bisa menghantarkannya dan tidak bisa di fahami, berbeda dengan pemahaman para zindiq dan para pendusta terhadap perkara-perkara ghaib karena akal mereka dangkal, pendek sehingga mereka tidak bisa memahami, maka mereka mendustakan dengan apa yang mereka tidak mampu memahaminya, maka rusaklah akal-akal mereka dan kacaulah akal pikiran mereka, dan akal-akal orang beriman terjaga, yang mereka orang-orang yang percaya, yang mendapat hidayah dengan hidayah Allah.

ويدخل فى الإيمان بالغيب الإيمان بجميع ما أخبر الله به من الغيوب الماضية والمستقبلة وأحوال الآخرة وحقائق أوصاف الله وكيفيتها ، وما أخبرت به الرسل من ذلك فيؤمنون بصفات الله ووجودها ويتيقنونها وإن لم يفهموا كيفيتها.

Dan masuk ke dalam iman kepada yang ghoib adalah iman dengan seluruh apa yang di beritakan Allah yang merupakan hal-hal yang ghoib, apakah yang sudah lewat atau yang akan datang, dan berita-berita tentang akhirat dan percaya tentang hakikat-hakikat sifat-sifat Allah dan caranya, dan apa yang di khabarkan tentang hal itu oleh para rasul maka mereka beriman dengan sifat-sifat Allah dan keberadan sifat-sifat Allah dan mereka meyakininya, walaupun tidak mengetahui caranya.

ثم قال : [ويقيمون الصلاة] لم يقل : يفعلون الصلاة أو يأتون بالصلاة ، لأنه لايكفي فيها مجرد الإتيان بصورتها الظاهرة فإقامة الصلاة ، إقامتها ظاهرا بإتمام أركانها وواجباتها وشروطها وإقامتها باطنا بإقامة روحها وهو حضور القلب فيها وتدبر ما يقوله ويفعله منها ، فهذه الصلاة هي التي قال الله فيها : [إن الصلاة تنهى عن الفحشاء والمنكر] وهي التي يترتب عليها الثواب فلا ثواب للإنسان من صلاته الا ما عقل منها ويدخل فى الصلاة فرائضها ونوافلها.

Kemudian Allah berfirman : [wa yuqiimuunash shalaata: dan orang-orang yang menegakan sholat] Allah tidak berfirman : mengerjakan sholat atau mendatangi sholat, karena tidak cukup hanya mewujudkan sholat secara bentuknya saja yang dhohir maka menegakan sholat maksudnya menegakannya secara dhohir dengan mewujudkan semua rukun-rukunnya, dan kewajiban-kewajibannya, dan semua syarat-syarat sholat, dan menegakan sholat secara bathin maksudnya adalah dengan menegakan ruhnya sholat yaitu hadirnya jiwa di dalam sholat, dan memahami apa yang di bacanya dan yang di kerjakannya, maka yang seperti inilah sholat yang Allah berfirman di dalamnya : [sesungguhnya sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar] sholat yang sah adalah sholat yang mengakibatkan atasnya pahala, maka sholat seorang tidak ada nilainya kecuali yang di hadiri akalnya darinya, dan termasuk di dalam sholat adalah sholat yang wajibnya dan sunahnya.

ثم قال : [ومما رزقناهم ينفقون] يدخل فيه النفقات الواجبات كالزكاة ، والنفقة على الزوجات والأقارب والمماليك ونحو ذلك والنفقات المستحبة بجميع طرق الخير ، ولم يذكر المنفق عليه ، لكثرة أسبابه وتنوع أهله ولأن النفقة من حيث هي قربة إلى الله وأتى ب [من] الدالة على التبعيض لينبههم أنه لم يرد منهم إلا جزءا يسيرا من أموالهم ، غير ضار لهم ولا مثقل بل ينتفعون هم بإنفاقه وينتفع به إحوانهم.

Kemudian Allah berfirman : [wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun<a>: dan sebagian apa yang Allah anugerahkan kepada mereka, mereka infaqkan] termasuk di dalamnya menginfaqkan harta yang wajib seperti zakat, dan nafkah untuk istri dan kerabat dan budak dan yang semisal itu, dan termasuk di dalamnya nafkah-nafkah yang sifatnya anjuran pada semua macam-macam jalan kebaikan, dan tidak di sebut apa yang di nafkannya karena banyaknya sebab-sebab dan bermacam-macamnya orang yang berhak, karena nafkah itu adalah sebuah cara mendekatkan diri kepada Allah dan di tambah dengan [kata min] menunjukan atas sebagian, ini mengingatkan mereka bahwasannya Allah tidak menghendaki dari mereka kecuali sebagian kecil dari harta mereka, tanpa memudhorotkan bagi mereka dan tidak memberatkan bahwa mereka akan mendapatkan manfaat dengan nafkahnya mereka dan bermanfaat dengannya bagi saudara-saudaranya.

وفى قوله : [رزقناهم] إشارة إلى أن هذه الأموال التى بين أيديهم ، ليست حاصلة بقوتكم وملككم وإنما هي رزق الله الذي خولكم وأنعم به عليكم فكما أنعم عليكم وفضلكم على كثير من عباده فاشكروه بإخراج بعض ما أنعم به عليكم وواسوا إخوانكم المعدمين.

Dan dalam firman-Nya : [razaqnaahum: yang kami rizkikan kepada kalian] ada isyarat bahwa harta-harta ini yang ada di hadapan kalian bukan hasil jerih payah kalian dan milik-milik kalian, dan sesungguhnya tidak lain itu adalah rezki Allah yang di berikan kepada kalian dan yang Allah berikan kenikmatan dengannya atas kalian, maka sebagaimana Allah beri kenikmatan kepada kalian dan Allah lebihkan kalian atas kebanyakan dari hamba-hambanya maka bersyukurlah kepada-Nya dengan mengeluarkan apa yang Allah telah berikan dengannya atas kalian da mencukupi saudara-saudara kalian yang tidak punya.

وكثيرا ما يجمع تعالى بين الصلاة والزكاة فى القرآن ، لأن الصلاة متضمنة للإخلاص للمعبود ، والزكاة والنفقة متضمنة للإحسان على عبيده ، فعنوان سعادة العبد إخلاصه للمعبود وسعيه فى نفع الخلق كما أن عنوان شقاوة العبد عدم هذين الأمرين منه فلا إخلاص ولا إحسان.

Dan seringkali Allah mengiringkan antara sholat dan zakat di dalam Alqur’an karena dalam sholat ada keikhlasan kepada dzat yang di ibadahi, dan zakat dan nafaqah itu ada perbuatan baik kepada hambanya, maka tanda kebahagiaan seorang hamba adalah keikhlasannya kepada Allah dan upayanya memberi manfaat kepada manusia sebagaimana tanda celakanya seorang hamba adalah tidak adanya dua perkara ini darinya maka tidak ada keikhlasan dan tidak ada perbuatan baik.

ثم قال : [والذين يؤمنون بما أنزل اليك] وهو القرآن والسنة ، قال تعالى : [وأنزل الله عليك الكتاب والحكمة] فالمتقون يؤمنون بجميع ما جاء به الرسل ولا يفرقون بين بعض ما أنزل اليه ، فيؤمنون ببعضه ، ولا يؤمنون ببعضه ، إما بجحده أو تأويله على غير مراد الله ورسوله ، كما يفعل ذلك من يفعله من المبتدعة ، الذين يؤولون النصوص الدالة على خلاف قولهم ، بما حاصله عدم التصديق بمعناها ، وإن صدقوا بلفظها فلم يؤمنوا بها إيمانا حقيقيا.

Kemudian Allah berfirman : [walladziina yu’minuuna bimaa unzila ilaika: dan orang-orang yang beriman dengan apa yang di turunkan kepadamu] yaitu Alqur’an dan Assunnah, Allah ta’ala berfirman : [dan Allah turunkan kepadamu Alkitab dan Alhikmah] maka yang namanya muttaqiin adalah orang-orang yang beriman dengan seluruh apa yang di bawa oleh para rasul dan tidak membeda-bedakan antara sebagian apa yang di turunkan kepadanya, maka mereka beriman dengan sebagiannya dan mereka tidak beriman dengan sebagiannya, apakah dia menolak dengan menentang atau menolak dengan takwil kepada kalimat yang bukan makna yang di maukan oleh Allah dan rasul-Nya, seperti yang di lakukan oleh orang yang yang melakukannya dari kalian ahlul bid’ah, yang mereka mentakwilkan makna-makna ayat kepada yang menyelisihi perkataan mereka, dengan apa yang hasilnya adalah mereka menolak makna ayat, meskipun mereka percaya lafadznya maka mereka tidak beriman dengannya dengan iman secara hakiki.

وقوله : [وما أنزل من قبلك] يشمل الإيمان بجميع الكتب السابقة ، ويتضمن الإيمان بالكتب الإيمان بالرسل وبما اشتملت عليه ، خصوصا التورة والإنجيل والزبور ، وهذه خاصية المؤمنين يؤمنون بجميع الكتب السماوية كلها ، وبجميع الرسل فلا يفرقون بين أحد منهم.

Dan firman-Nya : [wa maa unzila min qablika: dan beriman apa yang di turunkan pada orang-orang sebelummu] mengandung keimanan dengan semua kitab-kitab yang terdahulu, tentunya beriman dengan kitab-kitab yang terdahulu berarti beriman dengan para rasul, dan apa yang terkandung di dalamnya dari Allah, terkhususkan adalah taurat, dan injil. dan zabur dan ini adalah keistimewaan kaum mukminin yang mereka beriman dengan semua kitab-kitab yang di turunkan oleh Allah dari langit, dan beriman dengan seluruh para rasul maka mereka tidak membeda-bedakan di antara seorangpun dari mereka.

ثم قال : [وبالآخرة هم يوقنون] و[الآخرة] اسم لما يكون بعد الموت ، وخصه بالذكر بعد العموم ، لأن الإيمان باليوم الآخر أحد أركان الإيمان ، ولأنه أعظم باعث على الرغبة والرهبة والعمل و[اليقين] : هو العلم التام الذي ليس فيه أدنى شك ، والموجب للعمل.

Kemudian Allah berfirman : [wa bil aakhirati hum yuuqinuun<a>: dan terhadap akhirat mereka beriman] dan [kata akhirat] adalah nama dari semua apa yang terjadi setelah mati, dan di sebutkan secara khusus setelah menyebutkan yang umum, karena iman dengan hari akhir adalah salah satu dari rukun-rukun iman, dan iman pada hari akhir adalah sebesar-besar faktor yang mendorong untuk takut, dan semangat, dan pendorong untuk beramal, dan [yakin] maknanya adalah ilmu yang paling sempurna, yang tidak ada keraguan serendah-rendah keraguan, dan mengharuskan untuk beramal.

[اولئك] أي : الموصوفون بتلك الصفات الحميدة [على هدى من ربهم] أي : على هدى عظيم ، لأن التنكير للتعظيم ، وأي هداية أعظم من تلك الصفات المذكورة المتضمنة للعقيدة الصحيحة والأعمال المستقيمة ، وهل الهداية الحقيقة الا هدايتهم وما سواها مما خالفها فهو ضلالة.

[ulaaika: mereka itu] yaitu : mereka itu yang di sifati dengan sifat-sifat yang terpuji [‘alaa hudan min rabbihim: di atas petunjuk dari Tuhan mereka] yaitu : di atas petunjuk yang agung, karena bentuk nakirah untuk pengagungan, dan hidayah mana yang lebih agung dari sifat-sifat yang di sebutkan tadi mengandung akidah yang benar dan amalan-amalan yang lurus, dan tidaklah hidayah yang sebenarnya kecuali hidayah mereka dan apa yang selainnya pada apa yang menyelisihinya maka itu kesesatan.

وأتى ب [على] فى هذا الموضع ، الدالة على الإستعلاء وفى الضلالة يأتى ب [فى] كما فى قوله : [وإنا أو إياكم لعلى هدى أو فى ضلال مبين] لأن صاحب الهدى مستعمل بالهدى ، مرتفع به ، وصاحب الضلال منغمس فيه محتقر.

Dan di datangkan dengan [lafadz ‘alaa: di atas] pada tempat ini, yang menunjukan tinggi di atasnya dan ketika bicara tentang kesesatan, Allah datangkan dengan [kalimat fii: di dalam] sebagaimana di sebutkan dalam firman-Nya : [wa innaa au iyyakum la’alaa hudan au fii dhalaalin mubiin<in>: dan kami atau kalian yang berada di atas hidayah atau dalam kesesatan yang nyata] karena yang mendapatkan petunjuk itu tinggi dengan petunjuk itu, dia di angkat dengan hidayah, dan orang yang sesat dia terjerumus di dalamnya dalam keadaan hina.

ثم قال : [وأولئك هم المفلحون] والفلاح هو الفوز بالمطلوب والنجاة من المرهوب ، حصر الفلاح فيهم ، لأنه لا سبيل إلى الفلاح الا بسلوك سبيلهم ، وما عدا تلك السبيل فهى سبل الشقاء والهلاك والخسار التى تفضي بسالكها الى الهلاك ، فلهذا لما ذكر صفات المؤمنين حقا ، ذكر صفات الكفار المظهرين لكفرهم ، المعاندين للرسول ، فقال :

Kemudian Allah berfirman : [wa ulaaika humul muflihuun<a>: dan mereka orang-orang yang beruntung] dan kata alfalah maknanya adalah berhasil mendapatkan apa yang di inginkan dan selamat dari apa yang di takutkan, berarti alfalah Allah khususkan untuk mereka, karena tidak ada jalan untuk dapat keberuntungan kecuali dengan menjalani jalan-jalan mereka, dan adapun selain jalan itu adalah jalan-jalan kesengsaraan, dan kebinasaan, dan kerugian yang akan melemparkan pelakunya dalam kebinasaan maka setelah Allah menggambarkan sifat-sifat orang-orang beriman yang benar, Allah gambarkan sifat orang-orang kafir yang menampakan terhadap kekafiran mereka, mereka menentang kepada rasul, maka Allah berfirman :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar